Rabu, 15 Juni 2011

Menghormati Altar dan Tabernakel

Tempat khusus untuk imam disebut panti imam (presbyterium). Panti imam dibuat khas dan berbeda dari bagian ruangan gereja lainnya. Biasanya dengan lantai yang lebih tinggi daripada tempat umat dan dirancang dengan hiasan khusus. Inilah tempat penting yang cukup luas untuk kegiatan kudus dan bisa dilihat jelas oleh semua yang hadir. Umat pun dapat berpartisipasi dengan lebih baik dan kegiatan ritual dapat dilaksanakan di situ.

Di panti imam terdapat altar, mimbar, dan kursi imam. Ketiga perabot ini ibaratnya satu paket yang amat penting dan bermakna. Ketiganya menopang tindakan-tindakan liturgis selama Misa. Imam selebran akan secara bertahap menggunakan perabot itu. Perabot pertama yang dituju adalah altar. Namun, dalam Ritus Pembuka, altar baru sebatas dituju untuk dihormati dengan beberapa sikap tubuh, baik yang secara khusus dilakukan oleh imam maupun oleh petugas liturgi lainnya.

Keistimewaan altar

PUMR 296 merumuskan altar sebagai ”tempat untuk menghadirkan kurban Salib dengan menggunakan tanda-tanda sakramental. Sekaligus altar merupakan meja perjamuan Tuhan, dan dalam Misa umat Allah dihimpun di sekeliling altar untuk mengambil bagian dalam perjamuan itu. Kecuali itu, altar juga merupakan pusat ucapan syukur yang diselenggarakan dalam Misa.” Ada tiga metafora yang saling melengkapi: altar untuk kurban Tubuh-Darah Kristus, meja Tuhan untuk perjamuan di akhir zaman, dan pusat pengucapan syukur umat dalam kesatuan dengan seluruh Gereja. Altar itu sebaiknya permanen, materinya batu, dan berbentuk meja, sehingga secara jelas dan lestari menghadirkan Kristus, Sang Batu Hidup (1 Ptr 2:4).

Bagaimana keistimewaan altar ditampilkan? Altar ditutup sehelai kain putih. Altar dapat dihiasi rangkaian bunga, tapi tak berlebihan dan cukup ditempatkan di sekitar altar, bukan di atasnya. Di atas altar ditempatkan hanya barang-barang yang diperlukan untuk Misa, yakni Evangeliarium (dari awal perayaan sampai sebelum pemakluman Injil); korporale, purifikatorium, buku Misale, dan piala dengan patena, sibori (dari persiapan persembahan sampai pembersihan bejana-bejana).

Lilin ditaruh di atas atau di sekitar altar, sesuai dengan bentuk altar dan tata ruang panti imam. Di atas atau di dekat altar hendaknya dipajang sebuah salib dengan sosok Kristus tersalib. Salib itu harus mudah dilihat oleh seluruh umat. Semuanya harus ditata secara serasi, dan tidak boleh menghalangi pandangan umat, sehingga umat dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di altar atau yang diletakkan di atasnya (PUMR 304-308).

Mengingat makna dan keistimewaannya, maka altar sebagai simbol Kristus pun dihormati dengan beberapa cara. Semua petugas membungkuk pada altar ketika menghampirinya dan hendak memulai tugas. Ketika Ritus Pembuka imam selebran menciumnya, lalu jika perlu juga mendupai altar dan salib. Dalam Ritus Penutup, sebelum meninggalkan panti imam, ia kembali mencium dan membungkuk lagi bersama petugas lainnya.

Menghormati tabernakel

Seringkali ada juga tabernakel di panti imam. Idealnya, tabernakel disendirikan di sebuah kapel khusus yang dapat dijangkau dengan mudah dari panti imam. Tabernakel memang sebenarnya tak diperhitungkan sebagai bagian dalam Misa. Fungsinya berkaitan dengan ritual setelah Misa, yakni untuk menyimpan Tubuh Kristus yang belum disantap dalam Misa atau yang dikhususkan bagi orang sakit yang tak bisa hadir dalam Misa dan bagi kegiatan adorasi.

Letak tabernakel di panti imam juga tak seragam. Ada yang di belakang atau samping altar. Tabernakel dihormati oleh setiap petugas yang melewati atau menghampirinya. Jika di belakang altar terdapat tabernakel yang berisi Sakramen Mahakudus, maka penghormatan awal untuk altar dijadikan satu dengan untuk tabernakel, yakni dengan cara berlutut. Berlutut adalah sikap hormat tertinggi yang khusus diberikan bagi Sakramen Mahakudus. Simbolsimbol Kristus lainnya (imam, Kitab Injil, altar, salib) dihormati dengan cara membungkukkan badan.

Christophorus H. Suryanugraha OSC

Petrus, Sang Batu Karang tempat Gereja Kristus Didirikan


Mrk 3:16; Yoh 1:42 – Yesus mengganti nama Simon menjadi “Kepha” yang dalam Bahasa Aram secara literal berarti “Batu Karang”. Peristiwa ini adalah sesuatu yang tidak biasa yang dilakukan Yesus karena “Batu Karang” bahkan bukan nama dalam masa tersebut. Yesus melakukan ini untuk memberikan status baru kepada Petrus di antara Para Rasul. Ketika Allah mengganti nama seseorang, Dia mengubah statusnya.

Kej 17:5, 32:38 ; 2 Raja-Raja 23:34 ; Kis 9:4, 13:9 – sebagai contoh, pada perikop ini kita melihat bahwa Allah mengubah nama-nama orang berikut ini dan sebagai hasilnya mereka menjadi agen-agen spesial Allah: Abram menjadi Abraham, Yakub menjadi Israel, Elyakim menjadi Yoyakim, Saulus menjadi Paulus.

2 Sam 22:2-3, 32, 47, 23:3; Mzm 18:2,31,46, 19:4, 28:1, 42:9, 62:2,6,7 89:26, 94:22, 144:1-2 – Dalam ayat-ayat ini, Allah juga dipanggil “Batu Karang”. Oleh karena itu, berdasarkan ayat-ayat tersebut, non-Katolik sering berargumen bahwa Allah, dan bukan Petrus, adalah batu karang yang dimaksud oleh Yesus pada Mat 16:18. Argumen ini tidak hanya mengabaikan makna sederhana dari teks tersebut, tapi juga mengasumsikan bahwa kata-kata yang digunakan dalam Kitab Suci hanya dapat memiliki satu makna. Tentu saja hal ini tidak benar.
Sebagai Contoh:
1 Kor 3:11 – Yesus disebut satu-satunya Pondasi Gereja dan di Efe 2:20, Para Rasul disebut pondasi Gereja juga. Hal yang sama, pada 1 Pet 2:25, Yesus disebut Gembala, tapi di Kis 20:28, Para Rasul juga disebut gembala. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa ada berbagai metafora untuk Gereja, dan kata-kata tersebut yang digunakan oleh penulis Kitab Suci yang diilhami Roh Kudus dapat memiliki makna-makna yang berbeda. Katolik setuju bahwa Allah adalah Batu Karang Gereja, tapi hal ini tidak berarti Dia tidak dapat menganugerahkan pembedaan ini kepada Petrus juga, untuk memfasilitasi persatuan yang Dia inginkan untuk Gereja.


Mat 16:18 – Yesus berkata dalam Bahasa Aram, kamu adalah “Kepha” dan di atas “Kepha” Aku akan mendirikan Gereja-Ku. Dalam bahasa Aramaik, “Kepha” berarti Batu yang besar dan “evna” berarti kerikil yang kecil. Beberapa non-Katolik berargumen bahwa, karena kata Yunani untuk batu karang adalah “Petra”, dan “Petros” berarti “batu yang kecil”, maka Yesus berusaha untuk mengurangi hak Petrus setelah memberkatinya dengan memanggil dia batu yang kecil. Dalam konteks berkat Yesus kepada Petrus, argumen ini tidak masuk akal. Yesus berkata dalam bahasa Aram dan menggunakan “kepha” bukan “evna”. Penggunaan Petros untuk menerjemahkan Kepha dilakukan untuk merefleksikan kemaskulinan kata tersebut. Ingat dalam bahasa Yunani ada kata yang netral, feminim dan maskulin.

Lebih jauh lagi, jika Matius ingin mengidentifikasikan Petrus sebagai “batu kecil”, Matius akan menggunakan kata “lithos” yang berarti kerikil kecil dalam bahasa Yunani. Juga, Petros dan Petra adalah sinonim pada masa Injil ditulis, sehingga usaha apapun untuk membedakan kedua kata ini adalah tidak logis. Oleh karena itu, Kristus memanggil Petrus batu karang, bukan kerikil kecil, di mana Dia akan mendirikan Gereja (Anda sekalian bahkan tidak perlu Mat 16:18 untuk membuktikan Petrus adalah batu karang karena Kristus mengganti namanya dari Simon menjadi “batu karang” pada Markus 3:16 dan Yohanes 1:42).

Mat 16:17 - lebih jauh menunjukkan bahwa Yesus sedang berbicara dalam Bahasa Aram. Yesus berkata Simon Bar-Jona. Penggunaan “Bar-Jona” membuktikan bahwa Yesus sedang berbicara dalam Bahasa Aram. Dalam Bahasa Aram, “Bar” bermakna “Putra” dan “Jonah” bermakna John atau Roh Kudus (Dove).

Lihat Mat 27:46 dan Mrk 15:34 yang memberikan contoh lain Yesus berbicara dalam Bahasa Aram karena Dia mengucapkan ayat pertama dari Mazmur 22 yang mendeklarasikan bahwa Ia adalah Kristus, Sang Mesias. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya berbahasa Aram sama seperti orang-orang Yahudi lakukan pada masa tersebut.

Mat 16:18 – juga, dalam mengutip “di atas batu karang ini”, Matius menggunakan struktur bahasa Yunani “tautee tee” yang berarti “on this rock”; on “this same” rock; atau on “this very rock”. “tautee tee” adalah struktur penunjukan dalam Bahasa Yunani, menunjuk pada Petrus, subyek dari kalimat (dan bukan pengakuan imannya sebagaimana beberapa non-Katolik berargumen) sebagai sungguh batu karang dimana Yesus membangun Gereja-Nya. “Tautee” secara umum merujuk kepada subyek sebelumnya yang terdekat yaitu, “Petros”. Juga, tidak ada dalam Kitab Suci di mana “iman” disamakan dengan “batu karang”.
Mat 16:18-19 – sebagai tambahan, argumen dari Protestan yang menunjukkan bahwa Yesus pertama-tama memberkati Petrus karena menerima wahyu ilahi dari Allah Bapa, kemudian merendahkan Petrus dengan memanggil dia kerikil kecil, dan kemudian meninggikan Petrus lagi dengan memberikan kunci Kerajaan Surga adalah sungguh-sungguh tidak logis dan sebuah manipulasi kotor dari teks untuk menyembunyikan kebenaran mengenai kepemimpinan Petrus di dalam Gereja. Berikut ini adalah tiga rangkap berkat Yesus kepada Petrus – Berbahagialah engkau, engkau adalah batu karang dimana Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan engkau akan menerima kunci Kerajaan Surga. (Berkat Yesus kepada Petrus bukanlah seperti ini: Berbahagialah Engkau karena menerima wahyu ilahi, tapi engkau masih tetap kerikil kecil, dan Aku akan memberimu kunci Kerajaan Surga.)


Mat 16:17-19 – untuk lebih jauh membantah argumen Protestan bahwa Yesus berbicara mengenai pengakuan Iman Petrus saja (bukan Petrus sendiri) berdasarkan wahyu yang Petrus terima, ayat-ayat tersebut adalah jelas bahwa Yesus, setelah menyatakan pengakuan Petrus adalah wahyu Ilahi, mengubah seluruh topik percakapan menjadi mengenai pribadi Petrus.

Mat 16:17 Kata Yesus kepadanya (Petrus): "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Mat 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
(Terjemahan Baru LAI, Penekanan diberikan oleh saya)
Ucapan Yesus ini seluruhnya berhubungan kepada pribadi Petrus.

Mat 16:13 – juga, berdasarkan perspektif geografis, Yesus menamai ulang Simon menjadi Batu Karang (Petrus) di Kaesarea Filipi dekat dengan sebuah formasi batu karang raksasa di mana Herodes membangun sebuah kuil bagi Caesar. Yesus memilih tempat ini untuk lebih jauh menekankan bahwa Petrus adalah sungguh Batu Karang di mana Gereja akan dibangun.

Mat 7:24 – Yesus, layaknya seorang yang bijak, membangun rumah-Nya di atas batu karang (Petrus), tidak di atas pasir (Simon) sehingga rumah itu tidak akan roboh.

Lukas 6:48 – Rumah (Gereja) yang dibangun di atas batu karang (Petrus) tidak dapat digoyahkan oleh air bah dan banjir (Air bah dan banjir melambangkan ajaran-ajaran sesat, skisma-skisma dan skandal-skandal yang Gereja telah hadapi selama 2000 tahun ini). Air bah dan banjir telah terjadi, tapi Gereja tetap kokoh berada pada pondasi batu karangnya yang solid.

Mat 16:21 – adalah juga penting untuk dicatat bahwa hanya setelah Yesus menetapkan Petrus sebagai Pemimpin Gereja, Yesus mulai berbicara mengenai kematian dan kebangkitan-Nya. Hal ini karena Yesus sekarang telah menunjuk wakil-Nya di bumi, yaitu Petrus.

Yoh 21:15 – Yesus bertanya kepada Petrus apakah dia mencintai Yesus “lebih daripada mereka ini (Para Rasul lain)”. Yesus menunjuk Petrus seorang sebagai pemimpin dari Para Rasul.

Yoh 21:15-17 – Yesus memilih Petrus untuk menjadi Chief Shepherd (Gembala Kepala) dari Para Rasul ketika Yesus berkata kepada Petrus, “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”, “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”, “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”. Petrus menggembalakan Gereja sebagai wakil Yesus Kristus. (lihat juga bagaimana Para Paus pengganti Petrus adalah Wakil Yesus Kristus, Silahkan klik)

Lukas 22: 31-32 – Yesus juga berdoa supaya Iman Petrus tidak dapat gugur dan meminta Petrus menjadi seorang yang meneguhkan Para Rasul lain – Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kalian (Para Rasul) seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau (Petrus seorang), supaya imanmu (Iman Petrus) jangan gugur. Dan engkau (Petrus), jikalau engkau (Petrus) sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."

Kis 1,2,3,4,5,8,15 – tidak seorang pun mempertanyakan otoritas Petrus untuk berbicara kepada Gereja, mendeklarasikan anathema, dan menyelesaikan debat doktrinal. Petrus adalah batu karang di mana Gereja dibangun yang menggembalakan domba-domba Yesus dan yang memiliki iman yang tidak akan gugur.

Pax et Bonum

Dari Katekismus Gereja Katolik Mengenai Tritunggal Mahakudus

Pembentukan Dogma tentang Trinitas


249 Kebenaran wahyu mengenai Tritunggal Mahakudus, sejak awal adalah dasar pokok iman Gereja yang hidup, terutama karena Pembaptisan. Ia terungkap dalam syahadat Pembaptisan yang dirumuskan dalam khotbah, katekese, dan doa Gereja. Rumusan-rumusan yang demikian itu sudah ada dalam tulisan-tulisan para Rasul, seperti salam yang diambil alih ke dalam perayaan Ekaristi: "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2 Kor 13:13)2.

250 Selama abad-abad pertama Gereja berusaha merumuskan iman Tritunggal dengan lebih rinci, untuk memperdalam pengertian iman dan untuk membelanya melawan ajaran yang menyesatkan. Itulah karya konsili-konsili pertama yang ditopang oleh karya teologis dari para bapa Gereja dan didukung oleh kesadaran iman umat Kristen.

251 Untuk merumuskan dogma Tritunggal, Gereja harus mengembangkan terminologi yang tepat dengan bantuan istilah-istilah filsafat - "substansi", "pribadi" atau "hupostasis", "hubungan". Dengan demikian ia tidak menaklukkan iman kepada kebijaksanaan manusiawi, tetapi memberi kepada istilah-istilah itu satu arti baru yang belum diketahui sebelumnya, sehingga mereka mampu mengungkapkan misteri yang tak terucapkan itu, yang "jauh melampaui segala sesuatu yang kita mengerti dengan cara manusiawi" (SPF 2).

252 Gereja mempergunakan gagasan "substansi" (kadang-kadang diterjemahkan juga dengan "hakikat" atau "kodrat") untuk menyatakan kodrat ilahi dalam kesatuannya; gagasan "pribadi" atau "hupostasis" untuk menyatakan Bapa, Putera, dan Roh Kudus dalam perbedaan-Nya yang real satu dari yang lain; gagasan "hubungan" untuk mengatakan bahwa perbedaannya terletak dalam hubungan timbal balik antara ketiganya

Dogma tentang Tritunggal Mahakudus

253 Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel 1155: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804).

254 Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan sendirian" (Fides Damasi: DS 71). "Bapa", "Putera", "Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera" (Sin. Toledo XI 675: DS 530). Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal.

255 Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi, maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: "Dengan nama-nama pribadi, yang menyatakan satu hubungan, maka Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dihubungkan dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya: Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita" (Sin.Toledo XI 675: DS 528). Dalam mereka "segala-galanya... satu, sejauh tidak ada perlawanan seturut hubungan" (K. Firenze 1442: DS 1330). "Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Putera" (ibid., DS 1331

256 Santo Gregorius dari Nasiansa, yang dinamakan juga "sang teolog", menyampaikan rumusan berikut tentang iman Tritunggal kepada para katekumen Konstantinopel:

"Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya Aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian. Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda. Satu ke-Allahan tanpa ketidaksamaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan ... Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri ... Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama ... Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan" (or. 40, 41).

IV Karya-karya Allah dan Pengutusan-pengutusan Trinitaris

257 "O Cahaya yang membahagiakan, Tritunggal dan Kesatuan asli" (LH Madah "O lux beata, Trinitas"). Allah adalah kebahagiaan abadi, kehidupan yang tidak dapat mati, cahaya yang tidak ...pernah pudar. Allah adalah cinta: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Karena kehendak bebas, Allah hendak menyampaikan kemuliaan kehidupan-Nya yang bahagia. Inilah "keputusan belas kasihan", yang telah Ia ambil dalam Putera kekasih-Nya sebelum penciptaan dunia. "Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya" (Ef 1:5), artinya "menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya" (Rm 8:29), berkat "Roh yang menjadikan kamu anak Allah" (Rm 8:15). Rencana ini adalah "kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita sebelum permulaan zaman" (2 Tim 1:9) dan yang langsung berasal dari cinta trinitaris. Rencana itu dilaksanakan dalam karya penciptaan, dalam seluruh sejarah keselamatan setelah manusia berdosa, dalam pengutusan-pengutusan Putera dan Roh Kudus yang dilanjutkan dalam pengutusan Gereja.

258 Seluruh karya ilahi adalah karya bersama ketiga Pribadi ilahi. Sebagaimana Tritunggal mempunyai kodrat yang satu dan sama, demikian juga Ia hanya memiliki kegiatan yang satu dan sama. "Bapa, Putera, dan Roh Kudus bukanlah tiga pangkal ciptaan, melainkan satu pangkal" (Konsili Firense 1442: DS 1331). Walaupun demikian, `tiap Pribadi ilahi melaksanakan karya bersama itu sesuai dengan kekhususan Pribadi. Seturut Perjanjian Baru Gereja mengakui: "Satu Allah dan Bapa, dari-Nya segala sesuatu, satu Tuhan Yesus Kristus, oleh-Nya segala sesuatu, dan satu Roh Kudus, di dalam-Nya segala sesuatu berada" (Konsili Konstantinopel 11553: DS 421). Terutama pengutusan-pengutusan ilahi, penjelmaan menjadi manusia dan pemberian Roh Kudus menyatakan kekhususan Pribadi-pribadi ilahi itu.

259 Sebagai karya yang serentak bersama dan pribadi, maka kegiatan ilahi menyatakan, baik kekhususan Pribadi-pribadi maupun kodrat-Nya yang satu. Karena itu, seluruh kehidupan Kristen berada dalam persekutuan dengan tiap Pribadi ilahi, tanpa memisah-misahkan mereka. Siapa yang memuja Bapa, melakukannya melalui Putera dalam Roh Kudus; siapa yang mengikuti Kristus, melakukannya karena Bapa menariknya dan Roh menggerakkannya.

260 Tujuan akhir seluruh kegiatan ilahi ialah penerimaan makhluk ciptaan ke dalam persatuan sempurna dengan Tritunggal yang bahagia. Tetapi sejak sekarang ini kita sudah dipanggil untuk menjadi tempat tinggal Tritunggal Mahakudus. Tuhan mengatakan: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia" (Yoh 14:23).

"O Allahku, Tritunggal, yang aku sembah, bantulah aku, melupakan diri sehabis-habisnya, supaya tertanam di dalam Engkau, tidak tergoyangkan dan tenteram, seakan-akan jiwaku sudah bermukim dalam keabadian. Semoga tak sesuatu pun dapat mengganggu kedamaianku, membujuk aku keluar dari Dikau, O Engkau yang tidak dapat berubah; semoga setiap saat Engkau membawa aku masuk lebih jauh ke dalam dasar rahasia-Mu. Puaskanlah jiwaku, bentuklah surga-Mu darinya, tempat tinggal-Mu yang terkasih dan tempat ketenangan-Mu. Aku tidak pernah akan membiarkan Engkau seorang diri di sana, tetapi aku akan hadir sepenuhnya, sepenuhnya sadar dalam iman, sepenuhnya penyembahan, sepenuhnya penyerahan kepada karya-Mu yang menciptakan ... " (Elisabeth dari Tritunggal, Doa).

TEKS-TEKS SINGKAT

261 Misteri Tritunggal Mahakudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen. Hanya Allah dapat memberitahukan misteri itu kepada kita, dengan mewahyukan Diri sebagai Bapa, Putera, dan Roh Kudus.

262 Inkarnasi Putera Allah mewahyukan bahwa Allah adalah Bapa abadi dan bahwa Putera sehakikat dengan Bapa, artinya, bahwa Ia, di dalam Dia dan bersama Dia, adalah Allah yang Esa.

263 Pengutusan Roh Kudus, oleh Bapa atas nama Putera dan oleh Putera "dari Bapa " (Yoh 15:26), mewahyukan bahwa Ia bersama mereka adalah Allah yang Esa dan sama. Ia "disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera ".

264 "Roh Kudus berasal dari Bapa sebagai asal pertama dan karena la tanpa jarak waktu memberikan [daya menjadi asal jugaJ kepada Putera, maka Roh berasal dari Bapa bersama Putera" (Agustinus, Trin. 15,26,47).

265 Oleh rahmat Pembaptisan "atas nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus" kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus, sekarang di dunia dalam kegelapan iman dan sesudah kematian dalam cahaya abadi.

266 "Iman Katolik berarti bahwa kita menghormati Allah yang Esa dan Tritunggal dalam keesaan, dengan tidak mencampuradukkan Pribadi-Pribadi dan juga tidak memisahkan substansi-Nya: Karena Pribadi Bapa itu khas, Pribadi Putera itu khas, Pribadi Roh Kudus itu khas; tetapi Bapa, Putera, dan Roh Kudus memiliki ke-Allah-an yang Esa, ke muliaan yang sama, keagungan abadi yang sama " (Simbolum "Quicumque ": DS 75).

267 Tidak terpisahkan dalam keberadaan mereka, Pribadi-pribadi ilahi itu juga tidak terpisahkan dalam apa yang mereka lakukan. Namun di dalam karya ilahi bersama itu, tiap Pribadi Tritunggal menampilkan kekhususan-Nya, terutama dalam pengutusan Ilahi, inkarnasi Putera dan pemberian Roh Kudus.

Senin, 13 Juni 2011

Pengakuan Iman Rasuli ( Gereja Bethany )

Gereja Bethany Indonesia, Mengakui, Menerima, dan Menetapkan Pengakuan Iman Rasuli sebagai Pengakuan Iman Gereja Bethany Indonesia, yaitu :

I. 1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi,
II. 2. Dan kepada Yesus kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita,

3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,

4. Yang menderita dibawah pemerintahan Pontius pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut,

5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati,

6. Naik ke sorga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa

7. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan mati
III. 8. Aku percaya kepada Roh Kudus;

9. Gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus;

10. Pengampunan dosa;

11. Kebangkitan daging;

12. Dan hidup yang kekal.

Pengakuan Iman (Syahadat Para Rasul) (Katolik)

Aku percaya akan Allah,
Bapa yang maha kuasa,
pencipta langit dan bumi;
dan akan Yesus Kristus,
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
yang dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria;
yang menderita sengsara
dalam pemerintahan Pontius Pilatus
disalibkan, wafat, dan dimakamkan;
yang turun ke tempat penantian
pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati;
yang naik ke surga
duduk disebelah kanan Allah Bapa
yang maha kuasa;
dari situ Ia akan datang
mengadili orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja katolik yang kudus,
persekutuan para kudus,
pengampunan dosa,
kebangkita badan,
kehidupan kekal.

Minggu, 12 Juni 2011

Rosario



Tata Cara Doa Rosario :
- Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, amin.
- Aku percaya
- Kemuliaan Kepada Bapa
- Terpujilah
- Bapa Kami
- Salam, Putri Allah Bapa, Salam Maria….
- Salam, Bunda Allah Putra, Salam Maria…
- Salam, Mempelai Allah Roh Kudus, Salam Maria….
- Lalu menyusul Kemuliaan dan Terpujilah
Kemudian Pemimpin membcakan peristiwa-peristiwa dari rangkaian misteri yang dipilih (Salah satu dari 3 Rangkaian misteri).
Selanjutanya menyusul Bapa Kami, 10 x Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilah lalu menyusul peristiwa kedua dan seterusnya sampai peristiwa kelima.

Ketiga Rangkaian Misteri :


I. Peristiwa-peristiwa gembira, khususnya selama masa Adven dan Natal
1. Maria Menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel (Luk 1:26-38)
2. Maria Mengunjungi Elizabeth, saudarinya (Luk 1:39-45)
3. Yesus dilahirkan di Bethlehem (Luk 2:1-7)
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk 2:22-40)
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk2:41-52)

II. Peristiwa-peristiwa sedih. Khususnya selama masa Prapaskah dan tiap hari Jumat
1. Yesus berdoa kepada BapaNya dalam sakratul maut (Luk 22:29-46)
2. Yesus didera (Yoh 19:1)
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh 19:2-3)
4. Yesus memanggul salibNya (ke Gunung Kalvari) (Luk 23:26-32)
5. Yesus Wafat di salib (Luk 23:44-49)

III. Peristiwa-peristiwa mulia, Khususnya selama masa Paskah dan tiap hari Minggu
1. Yesus bangkit dari kematian (Luk 24:1-12)
2. Yesus naik ke surga (Luk 24:50-53)
3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis 2:1-13)
4. Maria diangkat ke surga (1Kor 15:23; DS 3903)
5. Maria dimahkotai di surga (Why 12:1; DS 3913-3917)

IV. Peristiwa-peritiwa cahaya

1. Yesus dibaptis di Sungai Yordan (Mat 3:16-17)

2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (Yoh 2:11)

3.Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan meyerukan pertobatan (Mat 4:17, 23)

4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (Mat 17:2, 5)

5. Yesus menetapkan Ekaristi(Mrk 14:22-24 )