Perayaan Ekaristi mengenangkan sekaligus menghadirkan kembali tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus bagi umat manusia. Dengan merayakan kembali Perjamuan Malam Terakhir, kita merayakan sumber dan puncak hidup Gereja,yaitu Yesus dan pengurban-Nya. Sakramen Ekaristi dirayakan sebagai perjamuan, sebagai kurban, dan sekaligur sebagai perayaan syukur agung kepada Allah.
Sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya tanda perpisahan yang kita kenal dengan "Perjamuan Malam Terakhir". Perjamuan itu mirip dengan kebiasaan perjamuan dalam masyarakat Yahudi, tetapi sekaligus memiliki kekhususan dan perbedaan yang besar dalam isinya. Perjamuan itu bukan dalam rangka peringatan Paskah Yahudi (peringatan pembebasan dari perbudakan MESIR), melainkan sebagai tanda perpisahan dengan para murid menjelang penderitaan-Nya.
Nada perpisahan tersebut sangat terlihat dari kata-kata yang diucapkan oleh Yesus sendiri. Ketika Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, Ia mengucap syukur dan memberikan pesan, " Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenagan bagi Aku". Ini artinya, bahwa roti melambangkan diri Yesus sendiri yang akan dipersembahkan melalui penderitaan-Nya di salib demi keselamatan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar