Kisah-kisah panggilan Tuhan sering terjadi dengan sangat dramatis. Orang yang dipanggil Tuhan sering dituntut untuk meninggalkan segala-galanya dan segera mengikuti Tuhan. tidak ada tawar menawar dan hati ntidak boleh bercabang. Dalam hal mengikuti Tuhan, Maria, ibu Yesus, dapat dijadikan teladan. Ia telah mengikuti ujian, juga dalam "Jalan Salib" Putranya. Semua suka duka dalam mengikuti Putranya disimpan dan direnungkan dalam hatinya.
Salah satu tokoh suci yang dihormati dan diteladani oleh umat Kristiani hingga saat ini adalah Bunda Maria. Dialah perempuan yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus.
Bentuk-bentuk penghormatan dan ibadat khusus yang bernuansa Maria tampak dalam berbagai bentuk Devosi, misalnya Doa Rosario, Ziarah ke Gua Maria, munculnya kelompok Legio Maria, Novena, doa Koronka, dan sebagainya. Devosi-devosi Maria itu menjadi bertambah kuat karena dari pihak Allah sendiri memberi pernyataan-pernyataan suci yang mengukuhkan peranan Maria dalam kehidupan iman Kristiani. Hal ini tampak dalam berbagai kesempatan dan penampakkan dan mukjizat yang menampilkan peran Maria.
Gereja sendiri sejak awal mengakui peranan Maria dalam keseluruhan tata keselamatan. Hal yang apat ditiru dari Bunda Maria adalah iman dan ketaatannya pada kehendak Allah.
Karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam dan melalui Yesus Kristus mengikutsertakan Maria sebagai perantara terlaksananya karya itu. Ia mulai berperan ketika menyatakan bersedia taat kepada Allah untuk mrngandung Yesus (lih, Luk 1:26-38). Sejak awal perjalanannya menjadi Bunda Yesus, Maria tahu bahwa ia juga akan memperoleh tantangan-tantangan yang cukup berat (lih, Luk 2:33-35) , "... dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang" (ay.35). Kesetiaan Maria kepada Allah dan kepada Yesus terus diuji. Ketika mencari Yesus kecil yang tinggal di Yerusalem seusai perayaan Paskah, ia mendapat nada "penolakkan" dari Yesus, tetapi hal itu sangat dipahaminya sebagai bagian dari perjalanan Putranya. Hal serupa ketika para Rasul mengatakan bahwa ibu-Nya menunggu di luar, nada "penolakkan" itu justru membuka pintu akan makna ketertarikan dengan Yesus, yang tidak akan lagi dibatasi oleh hanya sekedar hubungan darah, melainkan hubungan iman (lih. Mat 12:46-50).
Pengujian kesetiaan Maria berpuncak pada peristiwa Jalan Salib Yesus. Dan sungguh tak tergoyahkan, ia setia menemani Putra-Nya dalan Jalan Salib-Nya. Maria semakin membuktikan kesetiaannya dengan bersedia menjadi Ibu para Rasul, yang menjadi cikal bakal Gereja.
Dengan demikian, MAria sudah sejak awal menjadi Bunda Gereja. Keagungan pribadi Maria sudah sejak awal dihayati oleh Gereja semakin luas pula, itulah sebabnya Gereja memberi banyak gelar kepanya.
Walaupun demikian Gereja selalu mengingatkan agar umat menempatkan Maria secara proposional. Devosi kepada Maria tidak berdiri sendiri, melainkan harus ditempatkan dalam konteks Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan satu-satunya perantara keselamatan kepada Bapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar