Catatan: Artikel ini dimuat dalam Majalah Liturgi yang diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI, Vol 22 No 3 - Mei-Jun 2011.
Foto-Foto: Corbis, Pribadi
Kardinal: Pangeran Gereja Katolik
Penunjukan Uskup Agung Semarang Ignatius Suharyo Hardjoatmodjosebagai Koajutor Keuskupan Agung Jakarta baru-baru ini memunculkan juga diskusi tentang potensi beliau untuk suatu hari nanti diangkat sebagai kardinal. Siapa sebenarnya kardinal, yang sering disebut para pangeran gereja Katolik? Apa peran mereka dan siapa saja yang dapat diangkat menjadi kardinal? Tulisan ini mencoba menyajikan secara ringkas beberapa hal tentang kardinal yang mungkin belum banyak diketahui umat Katolik.
Kebanyakan orang tahu bahwa para kardinal adalah pembantu Paus. Mereka biasanya menjadi pusat perhatian publik saat Paus wafat, karena mereka lah yang kemudian berkumpul dalam sebuah konklafuntuk memilih Paus yang baru. Dalam kenyataannya, peran kardinal tidak hanya untuk memilih Paus. Mereka membantu Paus dalam mengurus gereja Katolik. Para kardinal memberikan saran-saran tentang berbagai urusan gereja saat Bapa Suci memanggil mereka dalam suatu rapat yang disebut konsistori.
Saat tulisan ini dibuat, dari informasi tanggal 14 Agustus 2009, ada 185 orang kardinal dari 64 negara yang menjadi anggota Kolese Kardinal. Di antara mereka, 113 orang (dari 51 negara) adalah kardinal elektor, kardinal yang berhak memilih Paus. Sisanya adalah kardinal non-elektor, yang sudah berusia lebih dari 80 tahun dan tidak lagi berhak mengikuti konklaf. Informasi terkini dapat dilihat di Daftar Kardinal di Situs Giga Catholic. Jumlah kardinal bertambah saat paus menunjuk kardinal-kardinal baru dalam suatu konsistori. Dalam Konsistori 24 November 2007, Paus Benediktus XVI menunjuk 23 orang kardinal baru. Jumlah kardinal berkurang karena beberapa di antara mereka meninggal. Paus Yohanes Paulus II dalam Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis menentukan jumlah maksimum kardinal elektor sebanyak 120.
Karena jumlahnya yang terbatas dibandingkan dengan uskup yang jumlahnya ribuan, dan juga karena hak-haknya yang istimewa, jabatan kardinal sering dipandang sebagai suatu promosi untuk uskup. Seolah-olah ada urutan begini: imam, uskup, uskup agung, kardinal dan Paus. Kenyataannya, yang benar adalah: imam, uskup dan Paus. Itu saja. Kardinal bukan atasan uskup. Yang Utama Julius Kardinal Darmaatmadja, satu-satunya kardinal dari Indonesia, juga bukan perpanjangan tangan Paus untuk mengatur para uskup di Indonesia. Kolese Kardinal dan Sinode Para Uskup memiliki peran sendiri-sendiri dalam gereja Katolik dan tidak bisa dibilang bahwa yang satu lebih penting daripada yang lain. Meski begitu, secara ranking, kardinal memang lebih tinggi dari uskup dan biasanya diangkat dari kalangan uskup yang senior.
Meski kelihatannya sama semua, di kalangan kardinal sebenarnya ada tiga tingkatan. Yang paling utama adalah kardinal uskup, kemudian kardinal imam dan kardinal diakon. Memang agak membingungkan istilah-istilah ini. Begini ceritanya. Pada mulanya, kardinal adalah klerus yang ditugaskan untuk membantu Paus di Keuskupan Roma. Istilah kardinal bermula dari kata inkardinasi, yang artinya menempatkan seorang klerus di bawah yurisdiksi seorang ordinaris (uskup, abbas atau ordinaris lain). Uskup, imam dan diakon yang diminta membantu Paus di-inkardinasi ke Keuskupan Roma, di bawah Paus yang adalah Uskup Roma. Jadilah mereka kardinal uskup, kardinal imam atau kardinal diakon di Keuskupan Roma. (Catatan: Secara kaidah bahasa Indonesia, sebenarnya memang lebih tepat dibilang uskup kardinal, imam kardinal atau diakon kardinal.) Nah, itu dulu. Sekarang ini praktiknya memang sudah lain. Yang diangkat menjadi kardinal hampir semua berasal dari kalangan uskup, bukan lagi imam atau diakon. Meski begitu tiga tingkatan kardinal ini masih tetap dipertahankan.
Pengangkatan kardinal merupakan hak prerogatif Paus. Secara garis besarnya, saat ini ada tiga jalur pengangkatan kardinal. Yang pertama adalah jalur uskup diosesan, seperti Yang Utama Julius Kardinal Darmaatmadja. Kardinal dari jalur ini biasanya diangkat menjadi kardinal imam. Yang kedua adalah jalur Kuria Romawi, jalur untuk pejabat-pejabat gereja yang membantu Paus di Vatikan. Contohnya adalah Sua EminenzaAngelo Cardinal Comastri, Imam Agung Basilika Santo Petrus. Kardinal dari jalur ini biasanya diangkat menjadi kardinal diakon. Yang ketiga adalah jalur lain-lain. Kardinal dari jalur ini biasanya diangkat menjadi kardinal diakon juga. Bapa Suci bisa mengangkat siapa saja yang dianggap pantas menerima kehormatan kardinal. Contoh yang paling bagus mungkin adalah His Eminence Avery Cardinal Dulles. Cardinal Dulles adalah seorang imam Jesuit dari Amerika Serikat, guru besar teologi yang sangat dihormati baik olehPaus Yohanes Paulus II yang mengangkatnya, maupun oleh Paus Benediktus XVI yang mengunjunginya beberapa bulan sebelum wafatnya. Sampai meninggalnya, Cardinal Dulles tidak pernah menerima tahbisan uskup.
Di antara ketiga kategori kardinal di atas, dapat dibayangkan bahwa kardinal imam berjumlah paling banyak (147 dari 185 orang kardinal saat ini). Mereka adalah uskup atau uskup agung senior dari berbagai negara. Seorang yang paling senior di antara kardinal imam ditunjuk menjadi Protopresbyter, semacam pemimpin untuk berbagai kepentingan seremonial. Di antara kardinal diakon (yang saat ini berjumlah 29) juga ada seorang yang paling senior yang ditunjuk sebagai Protodiakon. Protodiakon inilah yang bertugas mengumumkan nama Paus yang baru terpilih dalam konklaf, dengan menggunakan frase yang amat terkenal, "Habemus Papam ..." Pada tanggal 19 April 2005, adalah Jorge Arturo Cardinal Medina Estévez (foto atas, di sebelah kanan Paus, berjubah merah), Protodiakon pada saat itu, yang membacakan, "Annuntio vobis gaudium magnum; habemus Papam: Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum, Dominum Josephum Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger qui sibi nomen imposuit Benedictum XVI."
Untuk mengisi posisi kardinal uskup yang hanya sedikit, Paus memilih dari antara kardinal imam. Di samping itu, Patriark Ritus Timur yang diangkat menjadi kardinal langsung masuk kategori kardinal uskup. Mudah mengenali mereka dalam upacara liturgi, dari busananya yang berbeda dari para kardinal lainnya. Para kardinal uskup memilih pemimpin dan wakilnya dari antara mereka dan diajukan ke Paus untuk mendapatkan persetujuan. Para pemimpin kardinal uskup lalu menjadi Dekan dan Wakil DekanKolese Kardinal. Dekan Kolese Kardinal saat ini adalah Angelo Cardinal Sodano dari Italia (foto atas), yang pernah menjadi Sekretaris Negara Vatikan selama tahun 1991-2006. Sebagai wakilnya adalahRoger Cardinal Etchegaray dari Prancis (foto bawah). Saat terpilih sebagai Paus, Joseph Cardinal Ratzinger adalah Dekan Kolese Kardinal.
Untuk meneruskan tradisi, kepada setiap kardinal imam dan kardinal diakon diberikan sebuah gereja (paroki) dalam Keuskupan Roma, di mana mereka menjadi pastor (paroki) kehormatan. Lambang mereka dipasang di luar gereja tituler ini dan mereka pun wajib berkunjung dan mempersembahkan misa di gereja tituler ini saat berkunjung ke Roma. Kepada para kardinal uskup yang berasal dari ritus Latin dianugerahkan keuskupan kuno kehormatan di sekitar kota Roma, yang sudah tidak ada lagi di jaman modern ini.
Sesuai tradisi, penulisan penulisan nama kardinal memang sedikit berbeda dari kebiasaan umum. Kata "Kardinal" diselipkan di antara nama lengkap, persis di depan nama keluarga. Jadi, yang lebih pas adalah Julius Kardinal Darmaatmadja, meski tidak salah juga kalau kita menulis Kardinal Julius Darmaatmadja. Para kardinal disapa dengan "Yang Utama", "His Eminence", atau "Sua Eminenza" dalam bahasa Italia. Di Vatikan, sehari-harinya mereka disapa "Eminenza" saja. Sapaan yang dikhususkan bagi mereka memang beda dengan uskup dan uskup agung, yang harusnya disapa dengan "Yang Mulia", "His Excellency", "Sua Eccellenza", atau "Excellency" atau "Eccellenza" saja. Di Vatikan dan pada umumnya dalam gereja Katolik, Monsignor adalah sapaan untuk pejabat tinggi gereja yang tingkatannya di bawah uskup.
Kardinal dapat dikenali dari busana liturginya yang berwarna merah. Bandingkan dengan busana uskup yang warnanya ungu. Biretta, topi segi empat kardinal, juga berwarna merah.Biretta kardinal tidak menggunakan pom sepertibiretta uskup. Saat kardinal mengenakan busana resmi jubah warna hitam yang sama dengan uskup atau pejabat gereja lain, mereka masih dapat dikenali dari sabuk sutera dan topi kecilnya yang berwarna merah. Selain itu,ferraiola dan cappa magna kardinal pun berwarna merah.
Sebagai penutup, film fiksi Angels and Demons yang kontroversial dan kurang disukai oleh kalangan Katolik menampilkan banyak sekali kardinal. Meski banyak hal yang sensasional dan kurang pas dalam film itu, saya harus mengakui bahwa sang sutradara berhasil menunjukkan sebagian kebesaran agama Katolik kepada semua orang yang menontonnya, Katolik dan non-Katolik. Saya sendiri mendapatkan beberapa pertanyaan tentang film ini dari kawan-kawan saya yang bukan Katolik. Satu hal yang menurut saya paling mengganggu. Dalam sejarah gereja Katolik, Camerlengo atauChamberlain belum pernah dijabat oleh imam muda seperti di film itu. Selama ratusan tahun posisi ini hampir selalu dijabat oleh seorang kardinal senior, dengan hanya beberapa pengecualian. Itu pun setidaknya oleh uskup senior yang kemudian diangkat menjadi kardinal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar