Selasa, 10 Agustus 2010

SALIBMU


Kayu salib-Mu sunyi dan sendu

dengki dan haru berpadu bisu

Nafsu terendah, hasrat terindah

menghunjam rusuk tubuh-Mu pecah

Kucari Dikau, sukma sejarah

Tempat istirahat jiwa yang lelah.

Kucari Dikau, Kau cari daku.

Kita bertemu tanpa kutahu

Rapuh hidupku tanpa salib-Mu

Termakan nafsu tanpa mauku

Biar kusentuh, biar kubasuh

Luka hati-Mu, retak wajahku

(Ign. Bambang Sugiharto)

Selasa, 03 Agustus 2010

Martin Luther

Martin Luther

Dari Wikipedia
Martin Luther
Luther46c.jpg
Luther di tahun1529 oleh Lucas Cranach
Lahir 10 November 1483
Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci
Meninggal 18 Februari 1546 (umur 62)
Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci
Pekerjaan Theolog, pendeta
Agama Lutheran
(sebeumnya Katolik Roma)
Pasangan Katharina von Bora
Anak Hans, Elizabeth, Magdalena, Martin, Paul, Margarethe
Kerabat Hans Luther dan Margarethe Luther (née Lindemann)
Tanda tangan
Autograf, Martin Luther, Nordisk  familjebok.png

Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) adalah seorang pastur Jerman dan ahli teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Dia merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga mempengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan banyak tradisi Kristen.


Masa kecil Luther

"Rumah Luther", asrama tempat tinggal Luther dari usia 14-17 tahun ketika belajar di sekolah swasta di Eisenach.

Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) dilahirkan dari ayahnya Hans (aslinya Hans Luder) dan Margarette Lindemann, di Eisleben, Jerman, dan dibaptiskan pada hari raya St. Martin dari Tours. Karena itu ia diberi nama Martin. Ayahnya memiliki tambang tembaga di Mansfeld yang tidak jauh dari rumahnya. Karena berhasil berkembang dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans mengirimkan Martin yang masih kecil untuk belajar di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach.

Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti harapan ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu.

Semuanya itu berubah ketika pada suatu hari di musim panas tahun 1505, saat terjadi serangan badai. Petir menyambar di dekatnya ketika ia sedang berjalan pulang dari sekolah. Dalam ketakutan, ia berseru, "Tolonglah, Santa Ana! Saya akan menjadi biarawan!" Seruan ini dikarenakan kepercayaan saat itu akan santa dan santo.Karena nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, karena ayahnya menginginkan ia menyelesaikan studi hukumnya.

Pergumulan Luther untuk mendapatkan kedamaian bersama Allah

Luther with tonsure.gif

Biarawan muda Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berusaha melakukan segala perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain melalui doa-doa untuk jiwa-jiwa mereka. Ia mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan terus-menerus melakukan pengakuan dosa. Semakin ia berusaha untuk Allah tampaknya ia semakin sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa.

Johann von Staupitz, atasan Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang berlebihan. Ia memerintahkan biarawan itu untuk mengembangkan kariernya sebagai akademisi. Pada 1507 Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 ia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21 Oktober 1521, ia "diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci.

Teologi Luther tentang anugerah

Disiplin yang sangat ketat untuk mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Karena terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru bagi Luther. Ia menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di antaranya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman.

Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya antara Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara keseluruhan, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan untuk membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sebagai sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada masanya, yang pada gilirannya menyebabkan munculnya berbagai kesalahan teologis yang dasariah.

Pertikaian indulgensia

Selain tugas-tugasnya sebagai seorang profesor, Martin Luther melayani sebagai pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang Bijak, Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Semua orang Suci" karena di sinilah disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sebagai biara Augustinian dan universitas. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan berbagai akibat yang timbul ketika orang biasa harus mendapatkan indulgensia.

Indulgensia adalah penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dihapuskan melalui absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Saat itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah seorang sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Agung Albert dari Mainz untuk mempromosikan dan menjual indulgensia untuk merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel sangat berhasil dalam hal ini. Ia menganjurkan: "Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas" [1].

Luther menganggap penjualan indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sebagai undangan terbuka untuk memperdebatkannya[2]. Luther sebetulnya tidak menempatkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg sebagaimana dikatakan legenda, tetapi menerbitkan salinannya.

Dalil-dalilnya ini mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan dianggap sebagai penyimpangan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus untuk mengeluarkan indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua minggu, dalil-dalilnya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini adalah salah satu peristiwa pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi dokumen lebih mudah dan meluas.

Jawaban Paus

Bila cetakan kayu ini dibalikkan, kita dapat melihat bagaimana pandangan lawan-lawan Luther terhadapnya.

Setelah meremehkan Luther sebagai "seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila ia kembali sadar, ia akan berubah pikiran," Paus Leo X memerintahkan Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang juga dinamai Prierias (atau Prieras), sesuai dengan nama tempat kelahirannya Priero, pada 1518, untuk menyelidiki masalahnya. Prierias mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus karena berbeda pendapat dengan bula kepausan. Karena itu ia menyatakan Luther sebagai penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sebagai ajaran sesat. Luther menjawab dalam cara yang sama, sehingga berkembanglah suatu pertikaian.

Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana ia menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian mengenai indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang mutlak paus, karena doktrin tentang "Khazanah Gereja," "Khazanah Jasa," yang mendasari doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada Bula Unigenitus (1343) dari Paus Clemens VI. Karena perlawanannya terhadap doktrin itu, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma.

Namun karena mengalah kepada Frederick sang Pemilih, yang diharapkan oleh Paus akan menjadi Kaisar Romawi Suci berikutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, Paus tidak menekan masalahnya lebih jauh. Kardinal Kayetanus diutus Paus untuk menerima janji ketaatan Luther di Augsburg (Oktober 1518).

Luther, meskipun secara tersirat mengaku taat kepada Gereja, kini dengan berani menyangkal kewibawaan Paus, dan naik banding pertama-tama "dari Paus yang kurang pengetahuan kepada Paus yang mestinya lebih tahu" dan kemudian (28 November) kepada konsili umum. Luther kini menyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah bagian dari hakikat Gereja yang asli dan yang tidak dapat berubah.

Karena ingin tetap memelihara hubungan baik dengan Luther, Paus membuat upaya terakhir untuk menyelesaikan konfliknya dengan Luther secara damai. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl von Miltitz di Altenburg pada January 1519 membuat Luther sepakat untuk berdiam diri selama lawan-lawannya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati kepada Paus, dan menyusun sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja Katolik. Surat itu ditulis, namun tidak pernah dikirim, karena tidak mengandung pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa Jerman yang ditulisnya belakangan, Luther, meskipun mengakui api penyucian, indulgensia, dan pemanggilan kepada orang-orang kudus, menolak seluruh manfaat indulgensia terhadap api penyucian.

Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt, untuk berdebat di Leipzig, Luther bergabung di situ (27 Juni18 Juli 1519). Sementara debat berlangsung Luther menyangkal hak ilahi jabatan dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa "kuasa atas kunci-kunci itu" telah diserahkan kepada Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Ia menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat di bawah Paus mrupakan prasyarat bagi keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Setelah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa ia telah memaksa Luther untuk mengakui bahwa doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar. Eck menganggap bahwa hal ini membuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther adalah "si Hus dari Saxon" dan gembong penyesat.

Luther memberi judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, dan mengkritik dalamnya ajaran Gereja barat mengenai asas menghapuskan dosa, kuasa Paus dan lain sebagainya.

Kajian mengenai Surat Paulus, terutamanya surat kepada jemaat di Roma memberikan kesan kepada Luther akan asas sola fide (hanya karena iman). Hanya imanlah yang dapat menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola scriptura). Luther sangat menentang ajaran gereja pada saat itu yang dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan cara menjual surat-surat penghapusan dosa (indulgensia).

Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap pendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya.

Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan ajarannya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sebagai orang buangan oleh Diet.

Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Kemudian dia juga menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.

Luther mengasaskan ajarannya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal pada tahun 1546.Keluarga

Keluarga

Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini mendapatkan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:

  • Hans, lahir pada 7 Juni 1526, belajar hukum, menjadi pejabat hukum dan meninggal pada 1575.
  • Elizabeth, lahir pada 10 Desember 1527 dan meninggal pada usia sangat muda pada 3 Agustus 1528.
  • Magdalena, lahir 5 Mei 1529, meninggal di dalam pelukan ayahnya pada 20 September 1542. Kematiannya merupakan pukulan yang sangat hebat bagi Luther dan Katharina.
  • Martin, Jr., lahir 9 November 1531, belajar teologi tetapi tidak pernah dipanggil menjadi pendeta hingga ia meninggal pada 1565.
  • Paul, lahir 28 Januari 1533, menjadi dokter. Ia mempunyai enam orang anak hingga ia meninggal pada 1593. Garis keturunan laki-laki keluarga Luther berlanjut melalui dia kepada John Ernest, yang berakhir pada 1759.
  • Margaretha, lahir 17 Desember 1534, menikah dengan George von Kunheim, keturunan keluarga bangsawan Persia yang kaya, tetapi meninggal pada 1570 pada usia 36 tahun. Keturunannya berlanjut hingga sekarang.

Bibliografi

  • Bainton, Roland H. Here I Stand: a Life of Martin Luther. New York: Penguin, 1995 (1950). ISBN 0-452-01146-9.
  • Bornkamm, Heinrich. Luther in Mid-Career 1521-1530. E. Theodore Bachmann, terj. Philadelphia: Fortress Press, 1983. ISBN 0-8006-0692-2.
  • Bornkamm, Heinrich. Luther's World of Thought. Martin H. Bertram, trans. St. Louis: Concordia Publishing House, 1958. ISBN 0-7586-0832-2
  • Brecht, Martin. Martin Luther. 3 Jilid. James L. Schaaf, trans. Philadelphia: Fortress Press, 1985-1993. ISBN 0-8006-2813-6, ISBN 0-8006-2814-4, ISBN 0-8006-2815-2.
  • Dickens, A.G. Martin Luther and the Reformation. New York: Harper & Row, 1967. ASIN: B0007DY59M.
  • Haile, H.G. Luther: An Experiment in Biography. Garden City, New York: Doubleday & Co., 1980. ISBN 0-385-15960-9.
  • Hillerbrand, Hans J., ed. The Reformation: A Narrative History Related by Contemporary Observers and Participants. Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1979. ISBN 0-8010-4185-6.
  • Iserloh, Erwin, The Theses Were Not Posted: Luther Between Reform and Reformation. Jared Wicks, terj. Boston, MA: Beacon Press, 1968.
  • Kittelson, James M. Luther the Reformer: The Story of the Man and His Career. Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1986. ISBN 0-8066-2240-7.
  • Kolb, Robert. Martin Luther As Prophet, Teacher, Hero: Images of the Reformer, 1520-1620. Grand Rapids, MI: Baker Book House, 2000. ISBN 0-8010-2214-2.
  • Luther, Martin. Christian Cyclopedia. St. Louis: Concordia Publishing House, 2000. [3]
  • Luther, Martin. Luther's Works. 55 Jilid. Berbagai penerjemah. St. Louis: Concordia Publishing House; Minneapolis: Fortress Press, 1957. Edisi CD-ROM, 2001.
  • MacCulloch, Diarmaid. The Reformation, 2003
  • Manns, Peter. Martin Luther: An Illustrated Biography. New York: Crossroad Publishing Co., 1982. ISBN 0-8245-0510-7
  • Marty, Martin. Martin Luther: A Penguin Life. New York: Penguin, 2004. ISBN 0-670-03272-7
  • Nohl, Frederick. Luther: Biography of a Reformer. St. Louis: Concordia Publishing House, 2003. ISBN 0-7586-0651-6
  • Oberman, Heiko A. Luther: Man Between God and the Devil. New York: Doubleday, 1989. ISBN 0-385-42278-4
  • Oberman, Heiko A. The Roots of Anti-Semitism in the Age of Renaissance and Reformation. James I. Porter, trans. Philadelphia: Fortress Press, 1984. ISBN 0-8006-0709-0
  • Plass, Ewald M. This Is Luther: A Character Study. St. Louis: Concordia Publishing House, 1948 [Reprint, 1984]. ISBN 0-570-03942-8.
  • Ritter, Gerhard Luther, his Life and Work, terj. dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Inggris oleh John Riches, New York : Harper & Row, 1963.
  • Schwiebert, E.G. Luther and His Times. St. Louis: Concordia Publishing House, 1950. ISBN 0-570-03246-6.
  • Siemon-Netto, Uwe. The Fabricated Luther: the Rise and Fall of the Shirer myth. Pengantar: Peter L. Berger. St. Louis: Concordia Publishing House, 1995. ISBN 0-570-04800-1.
  • Siemon-Netto, Uwe. "Luther and the Jews." Lutheran Witness 123 (2004) No. 4:16-19. [4]
  • Tjernagel, Neelak S. Martin Luther and the Jewish People. Milwaukee: Northwestern Publishing House, 1985. ISBN 0-8100-0213-2
  • Todd, John M. Luther: A Life. New York: Crossroad Publishing Company, 1982. ISBN 0-8245-0479-8 (Juga di [5])
  • Westerholm, Stephen Israel's Law and the Church's Faith. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1988. ISBN 0-8028-0288-5

[sunting] Filmografi

  • 1953: Martin Luther, film teater, dengan Niall MacGinnis sebagai Luther; disutradarai Irving Pichel. Mendapat nominasi Academy Award untuk film hitam-putih dan arahan seni/setting. Diedarkan kembali pada 2002 dalam DVD dengan 4 bahasa.
  • 1974: Luther, film teater (MPAA peringkat: PG), dengan Stacy Keach sebagai Luther.
  • 1981: Where Luther Walked, dokumenter menampilkan Roland Bainton (alm.) sebagai pemandu dan narator, disutradarai oleh Ray Christensen (dalam VHS tahun 1992), ISBN 1-56364-012-0
  • 1983: Martin Luther: Heretic, program TV dengan Jonathan Pryce sebagai Luther, disutradarai oleh Norman Stone.
  • 1983: Martin Luther: An Eye on Augsburg, film yang didanai oleh Distrik Illinois Utara dari LCMS dengan Pdt. Robert Clausen sebagai Luther.
  • 2001: Opening the Door to Luther, travelog dengan tuan rumah Rick Steves. Disponsori oleh ELCA.
  • 2002: Martin Luther, film sejarah dari Lion TV/PBS seri Empires, dengan Timothy West sebagai Luther, narasi oleh Liam Neeson dan sutradara oleh Cassian Harrison.
  • 2003: Luther, (peringkat MPAA: PG-13), dengan Joseph Fiennes sebagai Luther dan disutradarai oleh Eric Till. Didanai sebagian oleh kelompok Lutheran Amerika dan Jerman.

Sabtu, 17 Juli 2010

Fransiskus Xaverius


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jangan dibingungkan dengan St. Francis Borgia, bangsawan Spanyol lainnya yang menjadi Yesuit.
Fransiskus Xaverius

Santo Fransiskus Xaverius (Bahasa Latin: Sanctus Franciscus Xaverius, Bahasa Portugis: São Francisco Xavier, bahasa Tionghoa: 聖方濟各沙勿略) (7 April 1506 - 2 Desember 1552) adalah seorang pionir misionaris Kristen dan salah seorang pendiri Serikat Yesus (Ordo Yesuit). Nama komunitas Xaverian Brothers diambil nama dirinya. Gereja Katolik menganggap dia telah mengkristenkan lebih banyak orang dibanding siapapun semenjak Santo Paulus.


Xaverius terlahir bernama Francisco de Jaso y Azpilcueta di Kastil Xavier (dalam bahasa Spanyol modern Javier, bahasa Basque Xabier, bahasa Katalan Xavier) dekat Sangüesa dan Pamplona, di Navarro, Spanyol. Lahir sebagai putera bangsawan Basque di Navarro. Pada tahun 1512, Kastilla menginvasi Navarro. Banyak benteng yang dihancurkan, termasuk kastil keluarga, dan tanah-tanah disita. Ayah Fransiskus meninggal dunia pada tahun 1515.

Pada usia 19 tahun, Fransiskus Xaverius masuk Universitas Paris, di mana dia lulus dengan licence ès arts pada tahun 1530. Dia kemudian melanjutkan studi dalam bidang teologi di kota itu, dan berkenalan dengan Ignatius Loyola. Bersama dengan Ignatius, Pierre Favre dan empat orang lainnya, Xaverius mengikat janji di Montmartre dan membentuk Serikat Yesus pada 15 Agustus 1534, dengan mengucapkan kaul kemiskinan dan kesucian.

Fransiskus Xaverius mengabdikan sebagian besar dari masa hidupnya bagi karya misi di negeri-negeri terpencil. Karena Raja Yohanes III (Bahasa Portugis: Dom João III) dari Portugal menghendaki agar para misionaris Yesuit berkarya di Hindia-Portugis, maka ia pun diutus ke sana pada tahun 1540. Ia bertolak dari Lisboa pada tanggal 7 April 1541, bersama dua Yesuit lainnya dan Martin de Sousa raja muda yang baru , dengan menumpang kapal Santiago. Dari Bulan Agustus 1541 hingga bulan Maret 1542, ia singgah di Mozambik, dan kemudian mencapai Goa, India, ibukota koloni Portugis, pada tanggal 6 Mei. Jabatan resminya di Goa adalah Nuncio Apostolik. Tiga tahun berikutnya digunakannya untuk berkarya di Goa.

Pada tanggal 20 September 1542, ia mengadakan perjalanan misinya yang pertama di antara kaum Parava, para penyelam mutiara di sepanjang pesisir Timur India Selatan, sebelah Utara dari tanjung Comorin. Ia kemudian berusaha mengkristenkan Raja Travancore, di pesisir Barat, dan juga mengunjungi Sailan. Tidak puas akan hasil upayanya, di kembali ke Timur pada tahun 1545, dan menyusun rencana perjalanan misi ke Makassar, di Pulau Sulawesi.

Setelah tiba di Malaka pada bulan Oktober tahun itu dan selama tiga bulan menunggu kapal tumpangan ke Makassar yang tak kunjung tiba, akhirnya ia membatalkan tujuan semula dari pelayarannya. Ia bertolak dari Malaka pada tanggal 1 Januari 1546 dan berlabuh di Amboina, kemudian tingal di pulau itu hingga pertengahan bulan Juni. Setelah itu ia mengunjungi pulau-pulau lainnya di Maluku, termasuk Ternate dan Moro. Segera setelah hari raya Paskah tahun 1546, ia kembali ke pulau Ambon, dan kemudian menuju Malaka. Misi di Ambon ini menjadi salah satu awal sejarah Gereja Katolik di Indonesia. Selama rentang waktu tersebut, disebabkan kekecewaannya terhadap para petinggi Goa, Santo Fransiskus menulis sepucuk surat kepada Raja Dom João III meminta diberlakukannya Inkuisisi di Goa. Meskipun demikian, inkuisisi Goa baru mulai dijalankan delapan tahun setelah kematiannya.

Pada bulan Desember 1547, di Malaka, Fransiskus Xaverius berjumpa dengan seorang bangsawan Jepang dari Kagoshima bernama Anjiro. Anjiro telah mendengar kabar mengenai Fransiskus pada tahun 1545 dan berlayar dari Kagoshima ke Malaka dengan maksud bertemu dengannya. Anjiro melarikan diri dari Jepang setelah dituduh melakukan pembunuhan. Ia lalu mencurahkan isi hatinya kepada Fransiskus Xaverius, menceritakan riwayat hidupnya serta adat dan budaya tanah airnya. Anjiro adalah seorang Samurai sehingga dapat membantu Xaverius dengan keahliannya sebagai mediator dan penerjemah dalam karya misi di Jepang yang kini tampaknya semakin dapat terwujud. “Saya bertanya [kepada Anjiro] apakah orang-orang Jepang bersedia menjadi Kristen jika saya pergi bersamanya ke negeri itu, dan dia menjawab bahwa mereka tidak akan serta-merta menjadi Kristen, namun terlebih dahulu akan mengajukan banyak pertanyaan lalu melihat apa saja yang saya ketahui. Di atas segala-galanya, mereka akan mencermati apakah hidup saya sesuai dengan ajaran saya… Semua pedagang Portugis yang kembali dari Jepang meyakinkan saya bahwa dengan pergi ke sana saya dapat mempersembahkan lebih banyak pelayanan bagi Allah Tuhan kita, lebih dari pada di antara orang-orang India, karena orang Jepang adalah suatu ras yang amat mementingkan akal budi.” Karena diyakinkan sedemikian rupa, Xaverius membaptis Anjiro—dengan nama baptis Paulo de Santa Fe—dan mulai menyusun rencana suatu misi bagi negeri yang belum lama ditemukan itu. Anjiro membantu Fransisku Xaverius menerjemahkan beberapa paragraf ajaran Kristiani ke dalam fonem Bahasa Jepang yang kemudian dihafal oleh Xaverius.

Ia kembali ke India pada bulan Januari 1548. Selama 15 bulan berikutnya ia disibukkan dengan berbagai perjalanan dan urusan-urusan administrasi di India. Karena tidak senang dengan apa yang dianggapnya sebagai “sikap hidup yang tidak-Kristiani” dari orang-orang Portugis, yang menghambat usaha penyebaran agama Kristen, ia berangkat dari Selatan ke Timur Benua Asia. Ia meninggalkan Goa pada tanggal 15 April 1549, singgah di Malaka dan mengunjungi Kanton dengan ditemani Anjiro, dua pria Jepang lain, Pastur Cosme de Torrès dan Bruder Juan Fernandez. Ia juga membawa serta hadiah-hadiah bagi "Raja Jepang" karena ia beniat memperkenalkan diri sebagai Nuncio Apostolik.

Xaverius mencapai Jepang pada tanggal 27 Juli 1549, namun baru pada tanggal 15 Agustus ia menginjakkan kakinya di Kagoshima, pelabuhan utama provinsi Satsuma di Pulau Kyūshū. Ia disambut dengan ramah-tamah dan dijamu oleh keluarga Anjiro hingga bulan Oktober 1550. Dari Oktober hingga Desember 1550, ia berdiam di Yamaguchi. Tak lama sebelum Natal, ia menuju Kyoto namun gagal bertemu Kaisar. Ia kembali ke Yamaguchi pada bulan Maret 1551 dan diizinkan berkhotbah oleh daimyo provinsi itu. Akan tetapi karena kurang lancar berbahasa Jepang, ia hanya membacakan dengan lantang terjemahan katekismus. Xaverius diterima dengan baik oleh para rahib Shingon karena ia menggunakan kata “Dainichi” untuk Allah Kristen. Begitu Xaverius mendalami makna religius dari kata itu, ia menggantinya dengan kata “Deusu” dari kata Latin dan Portugis “Deus”. Para rahib pun sadar, Xaverius tengah menyebarkan suatu agama tandingan.

Seiring berjalannya waktu, kehadirannya di Jepang dapat dianggap membuahkan hasil yakni dibentuknya jemaat-jemaat Kristiani di Hirado, Yamaguchi dan Bungo. Xaverius berkarya lebih dari dua tahun di Jepang dan menyaksikan lahirnya Yesuit-Yesuit penerusnya. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke India. Dalam pelayarannya itu, suatu badai dahsyat memaksanya untuk singgah di sebuah pulau dekat Guangzhou, Tiongkok tempat ia berjumpa dengan Diégo Pereira, seorang pedagang kaya-raya, sabahat lamanya dari Cochin, yang memperlihatkan padanya sepucuk surat dari orang-orang Portugis yang dipenjarakan di Guangzhou yang minta agar seorang duta besar Portugal diutus kepada Kaisar Tiongkok guna membahas nasib mereka. Selanjutnya dalam pelayarannya itu, ia singgah di Malaka pad tanggal 27 Desember 1551, lalu sampai di Goa pada bulan Januari 1552.

Pada tanggal 17 April ia berlayar bersama Diégo Pereira, meninggalkan Goa dengan menumpang kapal Santa Cruz menuju Tiongkok. Ia memperkenalkan diri sebagai Nuncio Apostolik dan Pereira sebagai duta besar dari Raja Portugal. Tak lama setelah berlayar, ia baru menyadari bahwa surat penunjukannya sebagai Apostolic Nuncio telah tertinggal. Sampai di Malaka, ia digugat oleh Capitan Alvaro de Ataide de Gama yang kini memegang kendali penuh atas bandar itu. Sang capitan menolak untuk mengakui gelar Nuncio-nya, meminta Pereira mengundurkan diri dari jabatannya sebagai duta besar, mengganti para awak kapal, serta menuntut agar hadiah-hadiah bagi Kaisar Tiongkok ditinggalkan di Malaka.

Di awal September 1552, Santa Cruz mencapai pulau Shangchuan di Tiongkok, 14 km jauhnya dari pesisir Selatan daratan Tiongkok, dekat Taishan, Guangdong, 200 km ke arah Barat Daya dari tempat yang kelak bernama Hong Kong. Saat itu, ia hanya ditemani seorang murid Yesuit, Alvaro Ferreira, seorang pria Tionghoa bernama Antonio dan seorang pelayan Malabar bernama Khristoforus. Sekitar pertengahan November, ia mengirim sepucuk surat yang dalam isinya ia berkata bahwa seorang pria sudah setuju untuk membawanya ke daratan Tiongkok jika dibayar dengan sejumlah besar uang. Dengan mengirim pulang Alvaro Ferreira, ia tinggal seorang diri bersama Antonio.

Pada tanggal 21 November, ia pingsan seusai merayakan Misa. Ia meninggal dunia di pulau itu pada tanggal 2 November 1552, pada umur 46 tahun, tanpa pernah menginjakkan kakinya di daratan utama Tiongkok.

Awalnya ia dimakamkan di sebuah pantai di Shangchuan. Jenazahnya yang masih utuh dipindahkan dari pulau itu pada bulan Februari 1553 dan disemayamkan sementara waktu di gedung gereja Santo Paulus di Malaka pada tanggal 22 Maret 1553. Sebuah makam terbuka dalam gereja itu saat ini menandai tempat jenazah Xaverius pernah disemayamkan. Pereira tiba dari Goa pada tanggal 15 April 1553, dan tak lama kemudian ia memindahkan jenazah Xaverius ke rumahnya.

Pada tanggal 11 Desember 1553, jenazah Xaverius kembali dibawa berlayar, diangkut dengan sebuah sampan berhias. Peti jenazah ditempatkan dalam sebuah kabin dikelilingi tirai sutera di tengah-tengah lilin-lilin bernyala dan wewangian yang dibakar, diiringi lambaian perpisahan dari seisi bandar Malaka. Ketika melewati selat antara Pulau Penang dan pantai, sampan itu sempat kandas pada gugus pasir namun tiba-tiba bertiup angin kencang yang mendorongnya kembali ke perairan dalam. Setelah singgah sebentar di Sailan, kemudian Cochin, akhirnya jenazah Xaverius tiba di Goa pada tanggal 15 Maret 1554.

Keesokan harinya seluruh masyarakat mengiringi pengantaran jenazah orang kudus itu ke katedral. Peti jenazah dibuka dan setelah 16 bulan isinya masih saja segar. Selama tiga hari dan tiga malam berikutnya masyarakat diijinkan memberikan penghormatan terakhir. Ribuan pria dan wanita menciumi kaki jenazah Xaverius dan banyak mujizat dilaporkan terjadi. Jenazah yang tidak membusuk itu kini disemayamkan di Basilika Bom Jésus di Goa, dalam sebuah peti perak pada tanggal 2 Desember 1637. Peti perak itu diturunkan untuk dilihat oleh umum hanya dalam penyelenggaraan pameran umum yang berlangsung selama 6 minggu, tiap 10 tahun sekali, terakhir kali diselenggarakan pada tahun 2004. Ada silang pendapat mengenai bagaimana jenazah Xaverius tetap utuh sedemikian lama. Beberapa orang berpendapat bahwa jenazahnya telah dimumikan, sementara yang lain menganggapnya sebagai suatu Mujizat.

Lengan depan (siku hingga pergelangan) sebelah kanan, yang digunakan Xaverius untuk memberkati dan membaptis orang, dipisahkan oleh Prefektur Jenderal Serikat Yesus Claudio Acquaviva pada tahun 1614 dan kini dipamerkan dalam sebuah relikuarium (Tempat penyimpanan Relikui) perak dalam gereja Il Gesù[1], gereja utama Yesuit di Roma.


Fransiskus Xaverius diakui sebagai seorang santo oleh Gereja Anglikan dan Katolik. Ia dibeatifikasi oleh Sri Paus Paulus V pada tanggal 25 Oktober 1619, dan dikanonisasi oleh Sri Paus Gregorius XV pada tanggal 12 Maret 1622, bersamaan dengan kanonisasi Ignatius Loyola.

Sophia University di Tokyo, Jepang didirikan pada tahun 1913 untuk menghormatinya .

Pada tahun 1839, Theodore James Ryken mendirikan Xaverian Brothers, atau Kongregasi Santo Fransiskus Xaverius (CFX). Kini, sebanyak 20 kolose atau SMU merupakan Xaverian Brothers Sponsored Schools (XBSS).

Dia adalah santo pelindung Australia, Kalimantan, Tiongkok, Hindia Timur, Goa, Jepang, dan Selandia Baru. Perayaan peringatannya ditetapkan tiap tanggal 3 Desember.

Banyak gereja di seluruh dunia dinamakan menurut namanya. Salah satunya adalah Gereja Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Keuskupan Amboina, Ambon. Basilika Santo Fransiskus Xaverius di Dyersville, Iowa adalah salah satu dari 52 basilika minor di Amerika Serikat dan satu-satunya yang berada di luar kawasan metropolitan.

Ada pula sebuah universitas terkenal di Kanada yang dinamakan menurut namanya di Antigonish, Nova Scotia yakni St. Fransiskus Xaverius University.

Javierada adalah ziarah tahunan dari Pamplona ke Xavier yang dimulai sejak tahun 1940-an.

Xaverius adalah salah satu dari sedikit nama yang dimulai dengan huruf X. Fransiskus Xaverius umum digunakan sebagai nama diri, di Indonesia biasanya disingkat F.X. "Xavier" adalah nama laki-laki yang populer di Portugal, Brazil, Spanyol dan negara-negara berbahasa Spanyol, Perancis dan Belgia. Di Austria dan Bavaria nama ini ditulis Xaver (diucap Ksaber dan kerap mengikuti nama “Francis” yakni Franz-Xaver)

Senin, 12 Juli 2010

Sakramen Ekaristi

Perayaan Ekaristi mengenangkan sekaligus menghadirkan kembali tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus bagi umat manusia. Dengan merayakan kembali Perjamuan Malam Terakhir, kita merayakan sumber dan puncak hidup Gereja,yaitu Yesus dan pengurban-Nya. Sakramen Ekaristi dirayakan sebagai perjamuan, sebagai kurban, dan sekaligur sebagai perayaan syukur agung kepada Allah.

Sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya tanda perpisahan yang kita kenal dengan "Perjamuan Malam Terakhir". Perjamuan itu mirip dengan kebiasaan perjamuan dalam masyarakat Yahudi, tetapi sekaligus memiliki kekhususan dan perbedaan yang besar dalam isinya. Perjamuan itu bukan dalam rangka peringatan Paskah Yahudi (peringatan pembebasan dari perbudakan MESIR), melainkan sebagai tanda perpisahan dengan para murid menjelang penderitaan-Nya.

Nada perpisahan tersebut sangat terlihat dari kata-kata yang diucapkan oleh Yesus sendiri. Ketika Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, Ia mengucap syukur dan memberikan pesan, " Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenagan bagi Aku". Ini artinya, bahwa roti melambangkan diri Yesus sendiri yang akan dipersembahkan melalui penderitaan-Nya di salib demi keselamatan manusia.

Aku Rindu Akan Tuhan

Aku rindu akan Tuhan dalam sakramen terkudus
Aku rindu menerima Yesus Allah Manusia
Yesus, Yesus datanglah

Yesus tinggal dihatiku aku amat bahagia
Yesus sungguh sahabatku dalam suka dalam duka
Yesus Kau sahabatku

Salam Tubuh yang mulia, Salam Darah yang berharga
Kau menghapus dosa dunia dalam wafat-Mu di salib
Puji Syukur Bagi-Mu

(Puji Syukur No.423)
Di kutip dari Buku Pendidikan Agama Katolik kelas 8

Rabu, 23 Juni 2010

Hati Sebagai Hamba

Ku tak membawa apapun juga
Saat ku datang ke dunia
Kutinggal semua pada akhirnya
Saat ku kembali ke Surga

Reff: Inilah yang kupunya
Hati sebagai hamba
Yang mau taat dan setia pada-Mu Bapa
Kemana pun kubawa
Hati yang menyembah
Dalam Roh dan kebenaran
Sampai selamanya

Jumat, 18 Juni 2010

Pengetahuan Katolik



Dengan kata-kata konsekrasi Hosti itu berubah menjadi Tubuh Kristus, meski bentuknya tetap Hosti. Hosti itu makanan Rohani kita.

Krisma itu adalah minyak yang dikuduskan oleh Uskup oleh berkat pada waktu perayaan Ekaristi menjelang Kamis Putih.

Dengan minyak Krisma seseorang ditandai pada dahinya, untuk menerima sakramen penguatan.

Hari komunikasi sedunia. Yang dijadikan kesempatan untuk menerima komuni adalah hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Seseorang yang di baptis pada usia dewasa, bisa langsung menerima komuni.

Menerima Hosti Kudus bisa dilakukan dengan 2 cara atau boleh dengan 2 cara yaitu melalu tangan atau langsung dengan mulut, sebagai ungkapan hormat dan cinta kepa Tuhan Yesus.

Untuk memahami dan mengerti Allah Tritunggal Mahakudus, kita harus tau apa artinya CINTA. Dalam cinta sejati ada yang mencinta, ada yang dicinta dan ada daya cinta. Yang mencinta adalah Bapa, yang dicinta adalah Putera dan daya cinta itu adalah Roh Kudus. Ketiganya satu dan sama dalam keilahian, satu Allah Tritunggal Mahakudus.

Cara agar kita fokus pada saat perayaan Ekaristi:
Ada persiapan yang baik sebelumnya, misalnya:
1. Berdoa hening
2. Membaca Kitab Suci yang akan dibacakan
3. Mempersiapkan hati agar pantas bertemu dengan Sang Cinta Kasih, dst

Begitu pula dengan anggur yang disebut Darah Kristus berubah menjadi Darah Kristus dengan kata Konsekrasi, meskipun rupa anggur tetap sama, tetapi intinya menjadi Darah Kristus.

Usia penerimaan Sakramen Penguatan minimal ia telah mencapai usia awal kedewasaan, kira-kira telah masuk kelas 1 SMP.

Adorasi Ekaristi maksudnya supaya kita masih terus berdoa sepanjang waktu diluar perayaan Ekaristi.

Hosti kudus adalah hosti yang telah dikuduskan dalam perayaan Ekaristi. Hosti adalah roti untuk perayaan Ekaristi.

Lampu yang berada disamping Tabernakel disebut Lampu Abadi. Yang menandakan didalam Tabernakel tersimpan Hosti Suci atau Kudus.

Hati Sebagai Hamba

Ku tak membawa apapun juga
Saatku datang ke dunia
Ku tinggal semua pada akhirnya
Saat ku kembali ke Surga

Reff: Inilah yang kupunya
Hati sebagai hamba
Yang bertahan dan setia pada-Mu Bapa
Kemana pun ku bawa
Hati yang menyembah
Dalam Roh dan kebenaran
Sampai selamanya

Jumat, 11 Juni 2010

Tuhan Pasti Sanggup

Kuatkanlah hatimu
Lewati setiap persoalan
Tuhan Yesus slalu menompangmu
Jangan berhenti harap adanya

Reff: Tuhan pasti sanggup
Tangan-Nya takkan terlambat
Tuk mengangkatmu
Tuhan masih sanggup
Percayalah Dia tak tingalkanmu
Percayalah Dia kan mengangkatmu

Bapa Surgawi


Bapa Surgawi ajarku mengenal
Betapa dalamnya kasih-Mu
Bapa Surgawi buatku mengerti
Betapa kasih-Mu padaku

Reff: Semua yang terjadi didalam hidupku
Ajarku menyadari Kau selalu sertaku
Dihatiku selalu bersyukur pada-Mu
Karena rencana-Mu indah bagiku

Sabtu, 05 Juni 2010

Bapa Yang Kekal

Kasih yang sempurna telah
Ku trima dari-Mu
Bukan karena kebaikanku
Hanya oleh kasih karunia-Mu
Kau pulihkan aku
Layakan ku tuk dapat memanggil-Mu

Reff: Bapa Kau bri yang ku pinta
Saat ku mencari ku mendapatkan
Ku ketuk pintu-Mu dan Kau Bukakan
Sbab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Takkan Kau biarkan
Aku melangkah sendirian
Kau selalu ada baguku
Sbab Kau Bapaku, Bapa yang kekal

Kau adalah Bapaku yang kekal
Bapa yang selalu ada untukku
Bapa yang punya rancangna terindah bagi hidupku

Jumat, 28 Mei 2010

Kenalkah Kau Yesus

Pernahkah hatimu lelah , karna pikulan berat?
Adakah engkau mencari, perhentian dari beban?

Kenalkah kau Yesus, sobat yang setia?
Tahukah kau, Dia cinta dan janji, beserta slamanya.

Bagaimanakah hatimu, amatlah bersusah?
Siapakah akan menolong, yang mengerti semuanya?

Kenalkan engkau Yesus, sobat yang setia?
Tahukah kau, Dia cinta dan janji, beserta selamanya.

(Dari: Kaset Gita Mulia. Penerbit/Produser: Kabar Gembira Bandung. Buku Pendidikan Agama Katholik,7)

Kamis, 27 Mei 2010

Pengalaman


Aku begitu merasakan berkah Tuhan yang selalu ada padaku. Ia selau menyertaiku. Ia selalu ada menemaniku. Ia membantuku saat ku susah dan membutuhkan pertolongannya. Ia benar-benar Allah Bapa yang maha pengasih dan penyayang.

Minggu, 23 Mei 2010

Berkomunikasi Dengan Tuhan Kapan Pun dan Dimana Pun

ernahkan anda ingin menelepon seseorang untuk menyampaikan sebuah berita penting.. tapi ternyata telepon genggam-nya tidak diangkat juga..? Pasti pernah.. Bagaimana perasaan anda saat itu? Pasti ingin marah dann jengkel.. Atau mungkin berusaha untuk sabar dan berpikir positif.. Siapa tau dia sedang sibuk atau tidur.. Sehingga tlp nya di silent.

Pernahkan anda ingin menelepon seseorang untuk menyampaikan sebuah berita penting.. tapi ternyata telepon genggam-nya tidak diangkat juga..? Pasti pernah.. Bagaimana perasaan anda saat itu? Pasti ingin marah dann jengkel.. Atau mungkin berusaha untuk sabar dan berpikir positif.. Sapa tau dia sedang sibuk atau tidur.. Sehingga tlp nya di silent..

Tapi kenyataan dia memang tipe orang yang suka memakai nada diam utk dering teleponnya.. Padahal telp itu adalah sumber mata pencaharian nya..

Nah, ini lah yang kadang kerap kali terjadi didalam kehidupan kita dgn Tuhan.. Kita telah di beri 'alat komunikasi' oleh Bapa agar Ia bisa menelpon kita kapan saja dan sebaliknya.

Hanya saja kita egois. Ketika kita menelpon Bapa, kita ingin Bapa langsung menjawab, merespon dan bila perlu apa yang kita mau langsung dikabulkan oleh Bapa.

Tapi, giliran Bapa menelpon, hati kita sedang 'silent', telinga kita tdk mendengarkan panggilan Nya. Seharusnya kita menyadari bahwa sebenarnya 100% telepon dari Bapa adalah sumber kehidupan kita. Apa jadi nya jika 100% sumber kehidupan itu tidak di responi?

Lalu, ketika Bapa mengingatkan kita untuk tidak mematikan 'nada dering' hati ini, kita sama sekali tidak menggubris nasihat Nya dan kita menjawab "Tuhan, to the point aja, aq sibuk nich.."

My fren, Bapa mungkin tidak pernah jengkel sebagaimana kita jengkel apabila telpon kita tidak diangkat oleh seseorang apalagi jika kita menelpon karena hal yang sangat penting.

Namun bapa akan sangat merasa sedih sekaligus bingung karena kebodohan kita. Ia sedih karena ia sangat mengasihi kita namun kita tidak mengasihi Dia.. Ia juga bingung. Mungkin Tuhan berkata,"anak-anakku berdoa meminta keselamatan, berkat dan anugerah. Ketika Aku hendak memberikan semua yang mereka ingini mereka malah diam tidak perduli dan tidak mau tahu"

My fren, bersyukurlah karena kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan kapan dan dimana saja. Berbahagialah karena Bapa selalu 'mengangkat telponNYA' saat kita membutuhkan Dia. Dan Ia bukan hanya sekedar mengangkat telpon,ia juga meresponi, menjawab dan melakukan segala cara agar apa yang kita sampaikan kepadaNYA bisa membuat kita lega dan bersukacita.

Mengapa kita lebih sibuk mengurus hal duniawi? Sehingga kita lupa untuk mendengarkan Tuhan. Mengapa kita sibuk mengurus diri sendiri yang membuat kita lupa bahwa Tuhan sedang menunggu kita. Tuhan seperti tamu yang kita biarkan duduk di ruang tamu atau di tunggu saat kita sedang sibuk mengurus ini dan itu.

Celakanya, kita lupa dengan Tamu istimewa itu sampai tamu itu sendiri pun sudah tidak tahu lagi berapa lama Ia telah menunggu kita. Mungkin kalo kita yang jadi tamu nya pasti udah jamuran..

My fren, 100% Tuhan adalah sumber kehidupan kita. Oleh sebab itu, ketika ia memanggil kita, segera jawab, jangan sengaja diam ato sengaja cuek dan melupakan nya..

Hanya Ia Yang Sanggup Pulihkan


Bila gelap diseluruh jalanmu
Bila tak ada lagi harapan
Putus asa jadi pilihan

Bila beban menghimpit hidupmu
Pertolongan tak kunjung datang
Dan kau tak sanggup lagi bertahan

Hanya Yesuslah jawaban
Hanya Yesuslah yang sanggup pulihkan
Dan berikan kelegaan di hidupmu

BUKA HATIMU BAGI DIA
IZINKAN KASIHNYA MEMULIHKANMU

"YESUS KAN SELALU ADA UNTUKMU"

Yesus tampil sebagai pribadi yang berbeda dari orang pada umumnya pada zamanya. Ia tampil dengan penuh kasih. Ia tampil sebagai sosok seorang gembala yang rela mengorbankan nyawa-Nya bafgi domba-domba-Nya. Ia kan selalu ada untukmu selamanya.

Sabtu, 22 Mei 2010

Kembali Pada Rumah Sejati




Di manakah rumah sejat kita?? Apa yang dimaksud dengan rumah sejati? Dirumah sejati kita akan memperoleh kehidupan yang kekal. Dimanakah dan siapakah rumah sejati yang kita maksud? Rumah sejati yang kita maksud adalah kita kembali pada Allah Bapa. Disana kita akan beroleh hidup yang kekal. Disana kita bertemu dengan Bapa. Bapa amat begitu menyayangi kita. Bapa selalu memberikan jalan keluar yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Bapa akan selalu mendengar doa kita. Saat kita mempunyai banyak masalah Ia selalu mendengar seluruh curahan hati kita. Ia selalu memberi solusi yang terbaik bagi kita. Dia adalah segala-galanya bagi kita. Ia kan selalu ada bagi kita. Ia adalah hakim yang baikdan adil. Ia akan menghakimi kita padaakhir zaman.

Barpasrah dan Berserah pada Tuhan





Mari kita berserah dan berpasrah padaTuhan. Jangan sampai kita jauh dari Tuhan. Tuhan selalu setia pada kita, menunggu, menjaga kita setiap waktu. Ia akan selalu setia pada kita. Ia adalah Bapa,sahabat,kekasih jiwa yang selalu setia pada kita hingga akhir hayatnya. Ia menebus dosa kita dan rela wafat dikayu salib. Berdoalah pada Dia. Dia akan selalu mendengar doa kita. Ia adalah Allah yang selalu sama dari dulu hingga sekarang. Ia selalu menjaga kita karena kita adalah anak-anak Allah yang selalu Allah kasihi. Hidup dan mati kita ada di tangan Allah Bapa. Percayalah bahwa Tuhan kita Yesus Kristus akan selalu menyertai kita sepanjang dan segala masa. Amin