Sabtu, 23 April 2011

Apakah Saya Bisa Menjadi Evangelis?


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus:

Allah Bapa berkehendak untuk menggunakan anda masing-masing untuk menjamah orang-orang lain dengan pesan-pesan penyelamatan dari Kabar Gembira. Entah mereka itu seorang eksekutif perusahaan, akuntan, tukang kayu, mekanik, orang jalanan ataupun pelacur sekalipun. Bahwasanya hanya ada satu-satunya jalan menuju surga yaitu melalui Yesus Kristus.

Sri Paus Yohanes Paulus II mengingatkan kita bahwa "jika kita kembali kepada awal mula Gereja, kita akan menemukan konfirmasi bahwa Kristus adalah satu-satunya Juru Selamat bagi semua orang, satu-satunya yang dapat menyatakan Allah dan membawa kita kepada Allah."

Ketika menjawab pertanyaan para pemimpin-pemimpin Yahudi serta para ahli agama yang mempertanyakan para rasul terhadap penyembuhan orang lumpuh, Petrus menjawab, "Dalam nama Yesus Kristus orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati....Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan ke pada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:10,12). Pernyataan itu yang ditujukan kepada Sanhedrin, yaitu dewan agama Yahudi, memiliki nilai yang universal, karena bagi semua orang, Yahudi ataupun bukan Yahudi, keselamatan hanya datang dari Yesus Kristus.

Mari Nyatakan Sampai Ke Ujung Dunia....

Setiap orang perlu mendengarkan Kabar Gembira dan didamaikan dengan Allah. Tidak mungkin bagi siapapun untuk mencapai Allah dengan kekuatannya sendiri (bandingkan Matius 19:25-26). Semua telah jatuh ke dalam dosa. Apakah orang yang berpakaian mewah dan bermobil Mercedez, atau pecandu alkohol yang terbaring di jalanan, masing-masing punya problem yang sama: tanpa Yesus Kristus mereka tersesat dan hilang. Ketika mereka mendengar dan menolak Kabar Gembira, mereka hanya punya satu perbedaan diantara mereka: orang kaya menjalani hidup yang nyaman di dunia ini sebelum masuk ke dalam neraka abadi.

Tuhan Yesus berkata kepada kita bahwa "ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Lukas 15:7). Sukacita di surga sama besar bagi setiap pendosa yang bertobat. Setiap jiwa adalah sama nilainya dimata Allah: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya." (Kisah 10:34-35). Tidak peduli apakah mereka tinggal di gubuk-gubuk reyot di Afrika atau di rumah-istana di Beverly Hills. Tidak peduli apakah mereka adalah warga idola di komunitas mereka atau penjahat yang paling ditakuti. Ada sukacita besar di surga bagi setiap mereka yang bertobat. Oleh karena ini, kita jangan hanya memfokuskan usaha menyebarkan Kabar Gembira kepada mereka yang hidup berkekurangan. Tantangannya bagi kita adalah untuk menembusi setiap lapisan masyarakat dengan pesan-pesan keselamatan dari Kabar Gembira.

Allah Bapa punya rencana....

Mewartakan Injil seharusnya menjadi bagian yang alami dari hidup Kristen. Janganlah hal ini dianggap suatu hal yang istimewa ataupun luar biasa. Sri Paus Paulus VI pernah berkata bahwa Allah Bapa berkehendak untuk menggunakan setiap orang untuk mewartakan pesan-pesan Injil: "Akhirnya, orang yang dievangelisasi meneruskan untuk mengevangelisasi orang-orang lainnya. Disinilah letak tes kebenaran, sokoguru evangelisasi: sungguh tidak terpikirkan bahwa seseorang bisa menerima Firman dan memberikan dirinya sendiri kepada Kerajaan Allah tanpa menjadi seorang yang bersaksi bagi Firman dan pada gilirannya menyatakannya (kepada orang-orang lain)." (tulisan Sri Paus Paulus VI dalam Mengenai Evangelisasi Di Dunia Modern). Sri Paus Yohanes Paulus II menambahkan, "Tuhan Yesus selalu memanggil kita untuk keluar dari diri kita sendiri dan berbagi dengan orang lain milik kita, mulai dengan karunia yang paling berharga diantara semua, yaitu iman kita. (Sri Paus Yohanes Paulus II dalam Misi Sang Penebus).

Sesungguhnya, setiap umat Kristen harus bekerja membawa orang-orang lain kepada Kristus. Banyak orang mungkin berkata, "Saya tidak yakin kalau saya bisa berevangelisasi. Saya bukan orang yang terbuka dan saya tidak suka berbicara kepada publik." Atau kadang mereka berkata, "Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk dapat berevangelisasi. Saya tidak mungkin bisa mendekati orang yang tidak saya kenal di jalanan." Tidak setiap orang memiliki karunia atau panggilan untuk menginjil di jalan-jalan. Tetapi orang yang pintar menginjil kepada publik belum tentu bisa berbicara dengan sahabat dan keluarga tentang Injil. Orang yang sifatnya tertutup mungkin bisa berbuat banyak melakukan pelayanan kepada orang-orang sakit, misalnya dengan menjadi pelayan Ekaristi atau mengajar kelas studi Alkitab. Kalau kamu bersedia untuk menjadi bagian dari rencana Allah Bapa untuk mewartakan Kabar Gembira, maka niscaya Allah Bapa pasti menggunakan kamu. Kamu adalah instrumen yang bagus dan dipilih oleh Allah Bapa untuk menjamah orang-orang tertentu dengan Kabar Gembira. Kamu adalah pilihan pertamaNya. Allah Bapa telah memberikan kamu karunia dan talenta-talenta tertentu. Dia ingin menggunakan kamu untuk menjamah orang-orang lain.

Roh Kudus Memberimu Kekuatan...

Perutusan akbar dalam Injil Markus menunjukkan bahwa kuasa Roh Kudus diberikan kepada kaum beriman untuk memenuhi tugas besar ini: "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya...." Bahkan setiap tempat yang tercatat dalam Perjanjian Baru merekam bahwa "perutusan akbar" ini meliputi janji menerima kuasa Roh Kudus untuk menolong kita menjalani tugas-tugas ini. Demi keberhasilan, kita harus menyandarkan diri pada kuasa Allah yang bekerja melalui kita. Jika kamu merasa tidak mampu untuk menjadi seorang evangelis, maka sesungguhnya kamu berada pada posisi yang bagus! Orang yang percaya diri dan menyandarkan pada kemampuan dan kepintaran mereka sendiri akan jauh lebih tidak efektif daripada orang yang menggantungkan diri pada rahmat dan kuasa Allah Bapa.

Boleh jadi kamu masih berpikir, "Siapa? Saya? Bagaimana saya akan bercerita tentang Yesus kepada orang lain? Saya tidak tahu banyak tentang Alkitab maupun ajaran-ajaran Gereja. Siapa yang akan mau mendengarkan omongan saya?" Saya yakin ini pasti menjadi alasan banyak orang. Kita menghindar dari bersaksi tentang Yesus kepada orang lain karena kita merasa bahwa kita tidak tahu banyak. Harap ingatlah bahwa bukan pengetahuan yang kita miliki ataukah pemahaman kita yang membawa banyak orang kepada Yesus, melainkan kuasa Yesus-lah yang akan membawa mereka kepada-Nya.

Apakah kamu bersedia untuk bersaksi kepada orang lain tentang apa yang kamu ketahui tentang Yesus? Jika kamu bersedia berbicara kepada mereka, maka Allah akan mengirim orang-orang yang perlu mendengarkan, kepadamu.

Jadi kamu lihat, bahwa banyak orang telah menemukan cara-cara untuk menghindar dari iman Kristen. Mereka tidak mendengar firman Tuhan di gereja-gereja pada hari Minggu. Mereka tidak mendengarkannya di radio ataupun di televisi. Tetapi ketika Allah Bapa mengirimmu kepada mereka, mereka tidak bisa menghindar daripadamu. Mengapa? Karena mereka mengenalmu sebagai tetangga mereka. Mereka mengenalmu sebagai mekanik bengkel mobil. Mereka mengenalmu sebagai sesama orang tua murid. Mereka mengenalmu sebagai teman kantor. Ketika kamu berteman dengan mereka dan mengasihi mereka dengan kasih Allah, hati mereka tersentuh dan menjadi terbuka.

Umumnya orang-orang tidak mencari ahli-ahli Alkitab, teolog, ataupun pembicara hebat di depan umum. Apa yang mereka butuhkan justru adalah orang-orang seperti kamu. Seseorang yang bisa berbicara dengan jujur dari kedalaman hatinya tentang kebutuhan terbesar dalam hidup mereka - betapa perlunya mereka menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan bersatu dengan Allah Bapa Sang Pencipta.

Saatnya Mengambil Keputusan...

Untuk memenuhi janji baptis dan krisma, kamu harus mengambil suatu keputusan penting. Apakah kamu akan membolehkan Allah Bapa untuk menggunakan hidupmu untuk mewartakan Injil? Allah Bapa di surga tidak meminta kamu untuk harus menjadi imam, biarawati, atau bruder. Allah Bapa di surga tidak meminta kamu harus menjadi misionaris di negeri-negeri asing, atau penginjil jalanan, atau evangelis dari rumah ke rumah. Allah Bapa cuma ingin bertanya, apakah kamu mengijinkan Bapa untuk menggunakan kamu untuk mewartakan Kabar Gembira Yesus Kristus? Jika kamu setuju, Allah Bapa akan menggunakan kamu. Kemungkinan besar, sedikit sekali dari hal-hal hidup kamu yang akan berubah. Kamu rasanya akan tetap tinggal di rumah yang sama, kerja/sekolah di tempat yang sama, tetap dengan keluarga yang sama. Akan tetapi akan ada makna dan tujuan yang baru dari hidup kamu. Kamu akan memulai hidup Kristen dengan urapan yang besar dari Roh Kudus.

Kalau kamu memberikan kesempatan bagi Allah Bapa untuk menggunakan kamu untuk membawa Kabar Gembira kepada orang-orang lain, Dia akan menggunakan kamu untuk menuai panenan jiwa-jiwa pada masa kini. Akan ada orang-orang yang turut memerintah di surga bersama Allah Bapa selamanya, dan bukannya penderitaan di neraka abadi. Ini semua bisa terjadi karena kamu setuju terhadap permintaan Allah Bapa.

Harap perhatikan bahwa pertanyaannya semata-mata adalah: Apakah kamu bersedia? Jika kamu bersedia, maka Allah Bapa siap untuk menggunakan kamu mulai sekarang juga. Kamu cukup mengiyakan, maka Allah Bapa akan mengurus sisanya.


Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?"
Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
Kemudian firman-Nya: "Pergilah dan katakanlah kepada bangsa ini." (Yesaya 6:8-9)

Yesus Kristus, Juruselamat Kita


"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." (Yoh 3:16-17)

Allah tidak meninggalkan umat manusia setelah dosa Adam, Dia menjanjikan untuk mengirimkan seorang juru selamat ke dalam dunia dan untuk membuka kembali pintu surga.
"Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej 3:15)
Juru selamat bagi seluruh umat manusia tersebut adalah Yesus Kristus, yang lewat kematiannya di kayu salib, telah menebus kita dari dosa-dosa kita.
"...engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Mat 1:21)

Yesus Kristus adalah Putera Allah, Pribadi Kedua dalam Tritunggal Mahakudus, Allah sejati dan manusia sejati.
"Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." (Yoh 1:34)
Ibunda Yesus adalah Maria dari Nazaret, Santa Perawan Maria.
"Kata malaikat itu kepadanya: 'Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus." (Luk 1:30-31)

Yesus tidak memiliki seorang manusia sebagai ayahnya, karena Maria mengandung Yesus secara mukjijat melalui kuasa Allah.
"Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang prempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Immanuel." (Yes 7:14)

Santo Yusuf adalah suami dari Santa Perawan Maria dan bapa angkat dari puteranya, Yesus.
"...malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus." (Mat 1:20)

Maria tidak memiliki anak lain selain Yesus Dia dan Yusuf hidup seperti layaknya kakak beradik, meskipun mereka menikah dengan sah.
"...malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud, nama perawan itu Maria...kata malaikat itu kepadanya....."Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus"...kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Luk 1:26-34)

Yesus dilahirkan lebih dari 2000 tahun yang lalu di Betlehem, sebuah kota kecil dekat Yerusalem di Israel, Yesus menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di kota Nazaret sampai Dia berumur sekitar 30 tahun.

Yng Yesus lakukan selama tiga tahun terakhir masa hidupnya adalah Dia mewartakan Injil, melakukan banyak mukjijat dan mendirikan Gereja-Nya.
"Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadah dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu." (Mat 4:23)

Yesus dihukum mati oleh karena salah satu dari rasul-rasulnya, Yudas Iskariot, menyerahkan Yesus ke tangan musuh-musuh-Nya yang mendesak gubernur Romawi, Pontius Pilatus untuk menghukum mati Yesus, seperti telah diramalkan sebelumnya oleh-Nya.
"Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (Mat 16:21)
Penderitaan-penderitaan Yesus yang terutama yaitu Penderitaan di taman Getsemani, peluh darah, penderaan yang kejam, pemakaian mahkota duri, wafatnya di kayu salib, kesengsaran mental dan spiritual-Nya.
"Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yes 53:5)

Wafatnya Yesus, dia dipakukan ke kayu salib di atas sebuah bukit yang disebut Kalvari, dekat di luar kota Yerusalm, dan tiga jam kemudian dia wafat.
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Pet 2:24)

Pada hari Jumat Agung, Yesus wafat, ketika Yesus wafat, rohNya pergi ke tempat penantian untuk mewartakan kepada orang-orang disana bahwa pintu surga akan segera terbuka.
"Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara... "(1 Pet 3:18-19)

Yesus bangkit dari kematian pada hari Minggu Paskah, tiga hari setelah wafat-Nya, seperti telah diberitahukan-Nya sebelumnya.
"Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikurburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus." (1 Kor 15:3-6)
Lama Yesus tinggal di dunia setelah Kebangkitan-Nya adalah selama empat puluh hari, untuk membuktikan bahwa dia sungguh telah bangkit dan untuk menggenapi pekerjaan-Nya dalam membimbing Rasul-rasul-Nya dan mendirikan Gereja-Nya.
"Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tnda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah."(Kis 1:3)

Yesus naik ke surga empat puluh hari setelah Kebangkitan-Nya, yaitu pada hari raya Yesus Naik ke Surga, yang dirayakan pada hari Kamis.
"Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah." (Mrk 16:19)

Yang naik ke surga bersama-sama Yesus adalah arwah-arwah yang telah berada di tempat penantian.
Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." (Ef 4:8)

Yesus akan datang kembali, pada Hari Penghakiman, untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati.
Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya." (Mat 16:27)

Yang dilakukan oleh para Rasul setelah Yesus naik ke surga yaitu mereka kembali ke Yerusalem dan menunggu kedatangan Roh Kudus.
Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku (Yoh 15:26)

Roh Kudus turun atas para Rasul pada hari Minggu Pentakosta, sepuluh hari setelah Yesus naik ke surga.
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba -tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hidnggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kis 2:1-4)

Kisah tentang hidup Yesus tercantum dalam empat Kitab Injil, yaitu empat buku pertama dalam Perjanjian Baru, yang masing-masing ditulis menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Akan tetapi, hanya peristiwa-peristiwa utama tentang hidup Yesus yang tertulis dalam Injil.
Para saudara-saudara Yesus yang disebutkan di Alkitab bukanlah anak-anak Maria ibu Yesus, tetapi kerabat-kerabat-Nya. Kata "saudara" yang digunakan oleh orang Yahudi dimaksudkan untuk menunjuk pada sepupu/kerabat, karena dalam bahasa Ibrani tidak ada kata khusus bagi sepupu. (Lihat Im 10:4, 1 Taw 23:22, Kej 12:5, Kej 14:14)
Dari penderitaan Yesus yang besar, kita bisa berusaha memahami betapa besar kasih Allah bagi manusia, juga betapa jahatnya dosa itu dan kesabaran dalam penderitaan. Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1 Pet 2:20-21). Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (Lk 9:23)
Oleh karena itu jadikanlah sasaranmu yang utama untuk bermeditasi tentang hidup Yesus Kristus. Pengajaran Kristus melebihi segala ajaran-ajaran orang-orang kudus... Tetapi seseorang yang ingin memahami kata-kata Kristus sepenuhnya, harus belajar untuk menyesuaikan gaya hidupnya dengan Kristus. (Thomas A. Kempis - The Imitation of Christ).

Sakramen Pembaptisan


Kata baptis berasal dari kata Yunani baptizein (kata bendanya: baptisma), yang berarti membenamkan atau menenggelamkan diri ke dalam air atau mencuci diri, entah seluruhnya atau sebagian. Dari arti kata ini kita dapat mengambil suatu pengertian secara sederhana bahwa pembaptisan itu adalah suatu pembersihan diri dari segala kotoran-kotoran dosa khususnya dosa yang disebabkan oleh nenek moyang yang juga disebut dosa asal. Pada masa-masa awal Gereja, orang-orang Kristen memberi diri untuk dibaptis dengan menenggelamkan diri ke dalam air. Mereka menanggalkan pakaian dan masuk ke dalam air.

Kita juga mengenal dalam tradisi umat Israel adanya berbagai macam upacara yang mengarah pada arti pembaptisan yang kita pahami sekarang dalam Gereja Katolik. Upacara-upacara semacam ini misalnya: dalam kitab Bilangan ada upacara pentahiran yang menggunakan percikan air (Bil 9:17-22), mandi dengan menenggelamkan diri ke dalam sungai (2 Raj 5:14 ; Ydt 12:7). Hal yang lebih jelas lagi kita lihat dalam pewartaan Yohanes Pembaptis, ia berseru di padang gurun untuk menyerukan pertobatan “bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” (Mat. 1:4) Dengan seruan dan pewartaan ini orang pun datang dan memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Pertobatan yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis ini tidak lain adalah seruan agar semua orang mempersiapkan dirinya akan kedatangan kerajaan Allah.
ARTI SAKRAMEN PEMBAPTISAN DALAM HIDUP KATHOLIK

Sakramen Pembaptisan merupakan dasar dari seluruh kehidupan Kristiani, pintu menuju hidup dalam Roh dan pintu yang memberi kemungkinan untuk menerima sakramen-sakramen yang lain. Melalui pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah; kita menjadi saudara-saudara Kristus, dimasukan ke dalam Gereja dan ikut ambil bagian dalam perutusan Gereja. Baptis adalah sakramen kelahiran kembali oleh air dalam Sabda. Rahmat yang diterima dalam Sakramen Pembaptisan menyembuhkan keadaan jiwa “tanpa rahmat” yang disebut dosa asal. Seperti dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus berkata “sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.”(Rom 6:14)

Dengan Sakramen Pembabtisan ini Yesus memberikan hidup baru, hidup ilahi dan menjadikan kita anak-anak Allah. Dia menyambut kita ke dalam suatu hidup yang penuh keakraban dengan Tiga Pribadi Ilahi dalam Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus. “Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.” (1 Yoh 3:1) Bersama dengan hidup ilahi yang diterima melalui rahmat Sakramen Pembaptisan, Kristus memberi kita kekuatan yang memungkinkan kita untuk bertindak sebagai anak-anak Allah dan tumbuh dalam hidup ilahi.

Setelah kita dibaptis kita tidak dapat lagi berdoa atau menderita sendirian. Ketika kita berdoa, kita berdoa kepada Bapa di Surga dan doa-doa kita akan didengarkan karena persatuan kita dengan Kristus. Penderitaan yang kita alami di dunia ini bukan lagi sesuatu yang sulit dicari jalan keluarnya, tetapi oleh rahmat pembaptisan yang telah mengangkat kita menjadi anak-anak Allah, kita dapat berseru kepada Bapa kita yang ada di Surga. “Sekarang aku bersukacita karena aku boleh menderita karena kamu dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang dalam penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya yaitu jemaat.” (Kol 1 : 24) Sehingga dalam penderitaan apapun yang kita alami dalam kehidupan kita, kita harus bersyukur, karena semuanya itu boleh kita rasakan sebagai keikutsertaan kita dalam penderitaan Kristus. Melalui Sakramen Pembaptisan atau oleh rahmat pembaptisan juga kita dipersatukan dengan Roh Kudus yang memampukan kita menyadari akan arti dari hidup kita.

SAKRAMEN BAPTIS SEBAGAI SAKRAMEN KESELAMATAN
Menurut St. Paulus, mengambil bagian dalam wafat dan kebangkitan Kristus merupakan pokok Sakramen Pembaptisan:
“Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya kita sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa sehingga dengan demikian kita juga akan hidup dalam hidup yang baru.”(Rom 6:4)
Dengan kata lain, yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan dan menjadikan Kristus sebagai pusat hidupnya. Hal yang sama, St. Paulus menghimbau umat-umat di Kolose:

“Bersama Kristus kamu dikuburkan dalam baptisan dan didalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”(Kol 2:12)

Tuhan sendiri mengatakan bahwa pembaptisan itu sangat perlu untuk keselamatan. Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa. Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, yang kepadanya Injil diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon sakramen ini. Gereja tidak mengenal sarana lain dari pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk kedalam kebahagiaan abadi. Oleh karena itu dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh.”

Tuhan telah mengikat keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada sakramen-sakramen-Nya (katekismus Gereja Katolik Art. 1257). Lalu bagaimana dengan para martir yang belum sempat menerima pembaptisan? Gereja Katolik sudah sejak dahulu yakin bahwa orang yang mengalami kematian karena imannya akan Yesus Kristus, tanpa sebelumnya menerima Sakramen Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini menghasilkan buah-buah pembaptisan dan demikian juga kerinduan akan pembaptisan walaupun tidak merupakan sakramen. Bagi para katekumen yang meninggal sebelum baptisan, kerinduan untuk menerima Sakramen Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya dan cinta kasih sudah menjadi jaminan keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui sakramen itu. Karena Kristus telah wafat bagi semua orang dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska.

Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan pembaptisan, seandainya mereka menyadari akan peranannya demi keselamatan.

KONSEKUENSI DARI SAKRAMEN PEMBAPTISAN

Dalam kitab suci, hasil karya keselamatan disebut sebagai suatu “kelahiran baru”. Melalui iman dan pembaptisan setiap orang yang beriman dan umat Allah dijadikan “ciptaan baru”. Oleh karena itu, kita sebagai ciptaan baru oleh rahmat pembaptisan harus mempunyai suatu semangat untuk menghayati dan tetap berpegang teguh pada janji pembaptisan.

1. Penghayatan tuntutan pembaptisan

Hidup orang kristen berakar dalam Sakramen Pembaptisan. Oleh pembaptisan seseorang dikuduskan bagi Allah dan mengingkari dunia serta segala yang bertentangan dengan pengudusan itu. Lebih tepat dikatakan bahwa dengan pembaptisan, dimulailah proses pengudusan dan pengingkaran dalam diri seseorang. Kekudusan memang merupakan hasil pembaptisan tetapi juga merupakan tantangan dan tuntutan pembaptisan. Orang yang dibaptis ditantang untuk bertumbuh terus dalam kesempurnaan karena hal itu merupakan panggilan bagi semua orang.

Dengan pembaptisan, semua orang diikutsertakan dalam wafat dan kebangkitan Kristus dan karena itu dipanggil untuk semakin masuk dalam persekutuan dengan Allah. Manusia dijadikan “ciptaan baru” sejauh dia berada dalam Kristus (2 Kor 5:17). Berada dalam Kristus dan perdamaian dengan Allah dimulai dengan pembaptisan. Tekanan khusus yang mau diberikan dalam hidup orang kristen oleh penerimaan Sakramen Pembaptisan bukanlah soal status, tetapi bagaimana penghayatan dari Sakramen Pembaptisan itu sendiri. Dengan ikatan Sakramen Pembaptisan orang dibawa kepada suatu pola hidup yang ditentukan oleh kerajaan Allah yaitu untuk mati bagi dosa dan menguduskan diri bagi Allah.

2. Pertobatan yang terus-menerus

Inti hidup baru yang dihasilkan oleh pembaptisan merupakan ikatan perjanjian antara Allah dan manusia. Dari pihak Allah ada rahmat yang tidak henti-hentinya diberikan untuk menopang manusia dalam mewujudkan panggilannya menjadi putera Allah dalam Roh Kudus. Dari pihak manusia ada usaha yang terus-menerus untuk menjawab panggilan itu dengan tidak henti-hentinya berjalan menuju Allah. Perjalanan untuk mencapai kedewasaan sebagai putera Allah dalam Kristus merupakan cita-cita yang tidak pernah tercapai sepenuhnya selama manusia mengembara di dunia ini.

Orang kristen selalu ada dalam perjalanan, ia selalu sedang “berjalan menuju” dalam usaha yang tidak henti-hentinya untuk mencari kepenuhan karya Kristus. Pertobatan jangan diartikan hanya sebagai rasa menyesal dan mohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Ini hanya satu segi. Segi yang paling penting lagi ialah mengarahkan diri kepada Allah sebagai arah tujuan satu-satunya dari perjalanan hidup ini. Orang yang melakukan pertobatan berarti berbalik membelakangi segala hal yang tidak baik demi mengarahkan langkahnya kepada satu sasaran saja, yaitu Allah.

3. Menjadi terang dan garam bagi orang di sekitar kita

Dalam menerima Sakramen pembaptisan, para calon baptis akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan: apakah engkau percaya akan Allah Bapa Yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi? Apakah engkau percaya akan Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dilahirkan dari perawan Maria, disalibkan, wafat dan dimakamkan, bangkit dari mati dan sekarang duduk di sebelah kanan Bapa? Apakah engkau percaya akan Roh Kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan hidup yang kekal? Serta berjanji untuk menolak setan dan segala kesia-siaannya.

Pengungkapan janji ini merupakan suatu ikatan bahwa kita telah dijadikan sebagai anak Allah dan dengan kekuatan rahmat Allah melalui Roh Kudus lewat Sakramen Pembaptisan memampukan kita untuk berjalan menuju Allah. Perlu disadari juga bahwa setelah kita menerima Roh Kudus lewat Sakramen Pembaptisan, kita diutus ke tengah dunia untuk menjadi saksi akan kehadiran Allah dalam kehidupan kita oleh Yesus Kristus. Kehadiran seorang yang sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus harus menjadi terang dan garam bagi orang yang dijumpainya. Mampu menerangi hati orang yang sedang dalam kegelapan dan menggarami hati setiap orang yang terasa hambar.

PENUTUP

Dalam dosa, manusia mendahulukan dirinya sendiri daripada Allah dan dengan demikian mengabaikan Allah; ia memilih dirinya sendiri melawan Allah, melawan kebutuhan-kebutuhan keberadaannya sendiri sebagai makhluk dan juga dengan demikian melawan kesejahteraan sendiri. Manusia diciptakan dalam kekudusan, manusia ditentukan untuk di-ilahi-kan sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan. Namun, karena kesombongan dari diri manusia sendiri, ia hendak menjadi seperti Allah, ingin tahu segala sesuatu sehingga akhirnya jatuh kepada ketidaktaatan akan perintah Allah. St. Paulus mengatakan: ”Oleh ketidaktaatan satu orang, semua telah menjadi manusia berdosa.” (Rom 5:19) Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Namun karena begitu besar kasih Allah kepada manusia yang hakikatnya setara dengan Allah, Ia rela turun ke dunia melalui Putera-Nya Yesus Kristus, untuk mengangkat kembali keadaan manusia yang telah jatuh kedalam dosa. Pendamaian antara Allah dan manusia melalui Yesus ini, diwujudkan dalam Sakramen Pembaptisan yang menjadikan kita kembali menjadi anak-anak Allah, oleh karena kita anak-anak Allah maka kita juga akan masuk ke dalam ahli waris kerajaan Surga.

Sakramen Ekaristi


Sakramen Ekaristi adalah perjamuan syukur, sebelum menderita sengsara dan wafat, Yesus merayakan perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya, Perjamuan Malam Terakhir adalah asal dari Ekaristi, Perjamuan Malam Terakhir dilakukan Yesus dan murid-murid-Nya untuk memperingati Perjamuan Paskah Yahudi.

Yesus mengubahnya menjadi sebuah perjamuan syukur bagi murid-murid-Nya, dan sebagai tanda perpisahan kepada mereka dalam Perjamuan Terakhir bersama para murid,Yesus mengucap syukur dan dan memberikan pesan “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku”. Ia juga berkata “Cawan in adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu”. Ia juga memberikan perintah untuk melakukan hal itu sebagai kenangan akan diri-Nya “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku”.

Perjamuan Tuhan diteruskan oleh Gereja dalam perjamuan ekaristi (sakramen ekaristi),Perjamuan Ekaristi adalah peringatan syukur untuk mengenangkan dan sekaligus menghadirkan kembali Yesus yang mempersembahkan diri-Nya dalam kematian di salib demi keselamatan manusia, sesuai dengan perintah Yesus.

Kata Ekaristi berasal dari kata ‘eukharistia’ yang artinya puji syukur. Ekaristi merupakan kehadiran Kristus melalui kekuatan Sabda-Nya dan Roh Kudus. Kehadiran Kristus paling nyata dapat dirasakan dalam sakramen Ekaristi. Bagian terpenting dalam sakramen ekaristi adalah DOA SYUKUR AGUNG.
Skema besar Perayaan Ekaristi terdiri dari:
1. Ritus Pembukaan
2. Liturgi Sabda
3. Liturgi Ekaristi
4. Ritus Penutup

Materi dan Forma Sakramen Ekaristi
- Materi: Roti dan Anggur
- Forma:
- “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku”
- “Cawan in adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumapahkan bagimu”
- “…perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku”.