Minggu, 15 Mei 2011

Sejarah Ordo Salib Suci

Pada mulanya adalah mimpi. Mimpi yang penuh warna dan indah.

ABAD XII - XIV
Masa ini Gereja hidup dalam udara keresahan dan anyir darah: Perang Salib dan skisma. Gereja nyaris ambruk, terkoyak. Banyak biara (yang saat itu adalah pilar utama Gereja) tertular keresahan zaman.

OSC5

Untungnya, tetesan segar tidak mengering. Hembusan akan pembaharuan Gereja mulai menyebar di mana-mana. Hembusan ini meneriakkan sebuah gerakan observansi - penghayatan radikal akan kepapaan - yang didalamnya termaktub juga doa yang serius, serta mati raga. Salah seorang putra bangsawan dan ksatria perang salib yang mampu membaca tanda-tanda jaman itu adalah Theodorus de Celles. Tapi ia tidak mampu sendirian. Dengan mengajak beberapa rekan, ia mencoba untuk mengaktualkan kehidupan biarawan yang sejati, yang terpesonakan oleh vita apostolica, hidup bersama-sehati sejiwa ala Gereja perdana.
deventer Traditions2 deventer Theodore-stain-glass


Sebuah tempat yang terpilih untuk mewujudkan semua mimpi itu adalah Clair-lieu, "tempat terang", dekat kota Huy, Belgia Selatan. Semua itu terekam pada awal abad ke 13, tahun 1211.
Beberapa tahun kemudian mereka memberanikan diri menghadap Paus Innocencius IV untuk meminta restu. Restu diberikan dengan bulla pengesahan Religiosum Vitam Eligentibus tertanggal 23 0ktober 1248. Dengan bulla ini dimulailah langkah-langkah kecil menguratkan hati dan diri dalam sejarah. Kelompok tersebut memilih nama Ordo Sanctae Crucis Canonicorum Regularum Sub Regula S. Agustini, yang pada kemudian hari dipersingkat menjadi Ordo Sanctae Crucis, OSC, kelompok kanonik, pencinta liturgi, yang bersandar pada regula Santo Agustinus. Dengan membawa bekal pro negatio Crucis, berbakti demi kepentingan salib, OSC mulai melebar ke Perancis, Inggris, Skotlandia, Jerman, dan Belanda.

ABAD XV
Kehidupan membiara OSC begitu semerbak dengan harum kekayaan rohani dan mutu hidup. Ini semua karena hidup yang ditata dengan disiplin, doa yang terawat, dan studi yang giat. OSC membuka lebar-lebar jendelanya, maka Devotio Moderna pun berhembus ke dalam biara. Humanisme mulai bergulir dalam biara, maka tak mengherankan bila pada masa ini perpustakaan dan scriptorium (tempat penyalinan naskah-naskah) dibangun dalam biara.
Beberapa manuskrip yang bernilai seni tinggi masih tersimpan di biara Santa Agatha, Belanda. Abad gemilang ini juga ditandakan dengan dibangunnya banyak biara OSC.

OSC6


ABAD XVI - XVII
Jalan tak pernah mulus. Reformasi menghantam tanpa ampun setiap sendi kehidupan di Eropa. Tantangan berat bagi OSC: mempertahankan iman Katolik meski dengan konsekuensi hengkang dari beberapa negara simpatisan reformasi. Dan memang banyak biara ambruk, bubar. Dalam rangka kontra-reformasi, OSC mulai menceburkan diri ke dalarn dunia pendidikan kaum muda. Di awal abad 17, OSC mulai memantapkan diri dengan ikut bergelut dalam dunia akademis di pelbagai universitas di Eropa. Kolese Latin dihidupkan kembali, banyak buku disalin dan diterbitkan. Di samping itu, dengan semangat kontrar-eformasi, kultus salib semakin dijunjung.

ABAD XIX
Mendung kembali menyelimuti OSC. Politik yang menyimpan bibit epidemic berjangkitan di Eropa, gelombang sekularisasi, Revolusi Perancis yang berdarah-darah, munculnya Kulturkampf. Ditimbuni lagi persoalan intern Ordo seperti percekcokan, kehidupan membiara yang mulai luntur; sempat membuat OSC goyah dan nyaris ambruk.
Ketika larangan untuk menerima calon baru dipetikemaskan pada 1840, yang tersisa tinggal 4 orang, itu pun sudah lanjut usia dan hidup dalam diaspora. Bagamanapun itu merupakan suatu awal "kebangkitan" yang baru dan lebih otentik. H. Van den Wijmelenberg, mantan imam praja yang sebelum pencabutan larangan itu sudah bergabung dengan OSC, sangat berjasa mengembangkan kembali OSC. Tradisi Ordo dipegang teguh, namun prisip stabilitas loci dilepaskan. Kini OSC lebih menekankan vita mixta, perpaduan antara kontemplasi dan karya pastoral. OSC pun mulai bertumbuh kembali dan mulai merambah keluar Eropa.

350px-Kruisheren_uden_bij_paus_pius_xii_Crosiers_from_Uden_Holland_with_PiusXII MgrArntzOSC brsmkm

ABAD XX
Bentuk dan cara hidup yang sudah sedemikian kokoh memungkinkan OSC pada abad 20 merambah hadir di Amerika Serikat, Brasilia, Congo, dan Indonesia. Pada tahun 1992 OSC tak ketinggalan membuka prokur-jeneral di Roma, Italia. Kini OSC meliputi propinsi Theodorus de Celles (Belgia, Belanda, Jerman), Senhor Bom Jesus (Brasilia), Santa Odilia (Amerika Serikat), Sang Kristus (Indonesia), dan propropinsi Wahyu Salib (Irian Jaya). Pelbagai titik patah yang terlampaui dalam perjalanan sejarah telah menghantarkan OSC pada pemurnian kesadaran akan tugas dan panggilannya dalam dunia. OSC senantiasa siap untuk melangkah lagi.

SEBUAH PERSINGGAHAN [OSC melangkah di nusantara]
Tahun 1927, 0SC menghirup udara segar nusantara, tepatnya di Tatar Sunda, Keuskupan Bandung. Berbagai karya mulai ditanganinya dengan pedoman yang dijunjung sejak semula. Pokoknya, menyampaikan kegembiraan dan harapan yang dipancarkan oleh kebangkitan Kristus yang tersalib.

Paroki bermunculan di Bandung, Cirebon, Cimahi, Cigugur, Tasikmalaya, Garut, Subang, Indramayu, Pamanukan, Karawang, dan Purwakarta, serta puluhan stasi. Itulah karya pastoral nyata bagi Keuskupan Bandung. Selanjutnya OSC juga membantu di Tangerang: Karawaci dan Serpong, Keuskupan Agung Jakarta. Tak ketinggalan pula berkarya misi di tanah lumpur-Asmat, Keuskupan Agats (lrian Jaya), mulai 1958. Keuskupan Sibolga, Sumatera Utara pun coba didukung oleh karya pastoral OSC terutama daerah Sirombu, Pulau Nias, mulai 1990. Akhir-akhir ini tanah misi diperlebat ke luar negeri, khususnya ke Brazil dan Kongo.

Tradisi pendidikan tetap tak dit inggalkan. Beberapa anggota OSC ikut serta mendirikan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Untuk keperluan pembinaan anggota sendiri, didirikan pula Institut Filsafat dan Teologi rnenjadi fakultas filsafat Unika Parahyangan. Di samping terlibat aktif dalam perguruan tinggi, beberapa ang gota juga tekun bertugas dalam lingkungan sekolah dasar dan menengah. Selain itu semangat dan gairah mahasiswa katolik tak diabaikan dengan membentuk GEMA (Gereja Mahasiswa). Karya kategorial lain adalah di bidang perburuhan. Tahun 2000, ILSKI (Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia) didirikan, sebagai bentuk keterlibatan aktif OSC dengan hidup liturgi Gereja.

OSC14

Karya sosial-ekonomi dan komunikasi tidak dilupakan. OSC terlibat dalam penerbitan majalah Keuskupan Bandung: KOMUNIKASI dan NOLA, sebuah buletin media komunikasi intern Ordo. Pembinnaan mentalitas dan spirituailitas serta rohani bagi umat maupun bagi kaum religius dimungkinkan dengan disediakannya rumah retret Ordo: Kompleks Pratista di Cisarua, Cimahi.
OSC di Indonesia telah lebih dari lima puluh tahun. Saat pesta emas kehadirannya, 1977, OSC di Indonesia diresmikan menjadi provinsi Sang Kristus. Sebagai Provinsi yang mandiri, dituntut pula tanggungjawab yang lebih serius. Perpaduan gaya hidup yang kontemplatif dan berkarya pastoral tetap dipertahankan. Sebuah biara induk pun didirikan di Cisarua: Mahaslara Andhih AƧirwada. Diharapkan tempat itu dapat menjadi pusat pengembangan diri, pusat kegiatan, tempat mereguk kesegaran dan menimba inspirasi, di tengah menumpuknya karya-karya pelayanan.

SELASAR IDENTITAS [Spiritualitas OSC: Salib]
In Cruce Salus, dalam Palang Salib ada Keselamatan. Salib merupakan akar keselamatan. Itu yang diharapkan menggetarkan hati dan hidup seorang anggota Ordo Salib Suci Tidak hanya berhenti pada wafat dan penderitaan, melainkan kekuat an dan harapan yang disinarkan kebangkitan Kristus.

GerejaSept 002 GKR2
Sedapatnya itu direnungkan dan dirayakan dalam doa bersama dan perayaan Ekaristi. Liturgi itu penting Harus diperhatikan dan dipelihara. Persaudaraan, melaksanakan hidup dan karya bersama, singkatnya hidup bersama atau berkomunitas, dipandang sebagai tulang punggung Ordo.

Karenanya, hidup bersama ini dipahami dan dihayati dalam dimensi sakramental. Sakramental karena bentuk dan cara hidup seperti ini merupakan tanda persatuan dan keselamatan dalam rahmat yang mengalir melalui peristiwa kebangkitan dan keselamatan Kristus sendiri. Biarawan OSC menatap masa depan dengan sikap yang terbuka.

Sejak semula OSC menaruh perhatian pada kaum miskin. Sederhana dan akrab terhadap kaum lemah ekonomi atau pun rohani menjadi salah satu ciri 0rdo ini. OSC pun akan selalu bersikap ramah, rela dan menerima siapa saja. Suasana hospitalitas tak akan memudar dalam pelayan OSC.

LANGKAH PERTAMA [Persemaian OSC]
Tantangan Yesus yang mengajak manusia mengikuti-Nya secara total dan radikal masih menyengat hingga kini. OSC menyediakan sarana. Pemuda yang mau bergabung sedikitnya harus lulus SMU dan sungguh berhasrat menjadi anggota OSC, serta lulus tes masuk. Jika diterima, selama tahun pertama ia diperkenalkan dengan sejarah maupun spiritualitas Ordo. Busana lengkap sudah dikenakan pada masa novisiat ini. Sebagai novis pertama ia akan tinggal bersama di Novisiat Mahaslara Andhih AƧirwada, tempat yang hening dan inspiratif, namun menantang.

OSC12

Tahap berikutnya terutama diisi dengan studi filsafat, teologi, dan ilmu-ilmu humaniora, serta bahasa-bahasa penunjang. Semua itu ditimba dan ditekuni di Fakultas Filsafat Unika Parahyangan. Sementara itu hidup bersama para frater dijalani di biara Pratista Kumara Warabrata dan Bunda Tujuh Kedukaan. Pendidikan akademik masih diselingi praktek pastoral mingguan atau secara berkala di daerah pedalaman, sekolah-sekolah, serta program hidup bersama kaum kecil.

Setelah dua tahun novisiat, seorang frater boleh mengikrarkan kaul sementara. Empat tahun sesudahnya disusul kaul kekal. Maka ia menjadi biarawan OSC.

Studi imamat yang berlangsung selama delapan tahun dan diselingi tahun pastoral sampai pada saat mulia: pentahbisan imam, menjadi alter Christus, tenaga dan semangat baru untuk menegakkan Salib di saat dunia goyah berputar (Crux stat dum volvitur orbis).
DSC_375
Para Pastor OSC


sumber: www.osc.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar